Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku

 “Di toko buku itu, Tokoh Aku selalu menghabiskan waktunya untuk membaca, sambil duduk lesehan di pojok ruangan. Matanya tidak hanya fokus ke buku, namun sesekali mengamati sekitar. Sebab, jika sedang sial, ada Satpam toko buku yang memaksanya berhenti membaca buku lantas mengusirnya.”

- Dimas Indiana Senja -

Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku

Sebuah kisah memang tidak hanya diawali dengan “pada suatu hari”, tetapi juga “jika kelak aku menjadi”. Maka dengan inilah, seorang Tokoh Aku berkisah mengenai beberapa fragmen hidupnya yang tak pernah lepas dari buku.

Tokoh Aku maju ke panggung. Hatinya bergemuruh. Jantungnya berdetak tidak karuan. Kepalanya dipenuhi banyak hal yang berkelebat membayang. Tokoh Aku tidak percaya jika hari itu menjadi hari yang mengubah hidupnya. Sekian banyak pertanyaan muncul di benaknya yang entah harus ditujukan kepada siapa(?). 

Langkahnya pelan, sepelan Tokoh Aku mencoba bersikap biasa. Tapi gemuruh tepuk tangan dari berbagai sudut ruangan membuatnya terus diburu kecanggungan. Tokoh Aku masih belum bisa percaya bahwa ketekunannya selama ini mengantarkannya mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Kota Brevhecasta.

Penghargaan itu memang tidak pernah sekalipun terlintas di kepala Tokoh Aku. Selama ini, Tokoh Aku mengerjakan apa yang sekiranya baik menurut hati kecilnya. Tokoh Aku tidak pernah menghiraukan kalimat-kalimat pedas yang sering datang berkunjung ke telinganya. Tokoh Aku adalah seorang yang cuek. Tokoh Aku sudah selesai dengan dirinya. Untuk itulah, Tokoh Aku tegar tetap menjalani hari-hari sebagai pegiat literasi.

Tokoh Aku sudah berdiri di panggung. Di depannya ada puluhan orang yang menatap matanya. Beberapa di antaranya dengan mulut yang bergerak-gerak tampak penuh makanan, meski matanya fokus ke depan. Beberapa sedang menyiapkan layar kamera yang siap merekam, memfoto, atau sekadar membuat status di media sosial dengan caption kurang lebih “Inilah pemeroleh penghargaan pemuda berprestasi dan berdedikasi kali ini”.

***

2008

Si Tokoh Aku adalah seorang anak biasa, dengan nasib biasa, dan kehidupan yang biasa. Tokoh Aku memulai perkenalan dengan buku sejak kuliah semester satu di Kota Purvhacasta. Setiap hari, Tokoh Aku mengayuh sepeda sekira 2,3 KM dari pesantren ke kampus. 

Sepulang kuliah, Tokoh Aku tidak serta merta pulang ke pesantren sebagaimana teman-temannya yang lain. Tokoh Aku melanjutkan kayuhan sepedanya sekitar 2,3 KM lagi menuju arah selatan ke sebuah toko buku. Satu-satunya toko buku di Kota Purvhacasta. 

Di toko buku itu, Tokoh Aku selalu menghabiskan waktunya untuk membaca, sambil duduk lesehan di pojok ruangan. Matanya tidak hanya fokus ke buku, namun sesekali mengamati sekitar. Sebab, jika sedang sial, ada Satpam toko buku yang memaksanya berhenti membaca buku lantas mengusirnya. Tokoh Aku memang penggila buku, tetapi lantaran keadaan ekonomi, Tokoh Aku hanya bisa membaca saja.

Itu pun sudah ada puluhan novel dan buku pengembangan diri yang sudah dikhatamkan secara diam-diam. Toko buku itu adalah rumah kedua baginya. Sebab, Tokoh Aku tidak bisa merasakan kenyamanan selain di toko buku yang lengang dan dingin. Sementara di pesantren, Tokoh Aku berkelindan dengan keruwetan, kamar yang sempit, ruangan yang tidak rapi, dan suara bising yang muncul dari setiap pintu kamar. 

Itu yang membuatnya tidak bisa menikmati baca buku dengan tenang. Sementara di toko buku, Tokoh Aku bebas memilih buku mana pun yang ingin dibaca. Saking seringnya Tokoh Aku ke toko buku itu, Tokoh Aku sampai paham letak buku sesuai genrenya, penulisnya, bahkan jilid dan edisi revisinya. Persis seperti karyawan toko buku.

Setiap berkunjung ke toko buku, Tokoh Aku senantiasa melihat biodata para penulis buku. Dari sana Tokoh Aku mendapat suntikan semangat agar kelak namanya muncul di sampul buku. Seringkali Tokoh Aku tertawa geli membayangkan namanya muncul di buku best seller. Terbayang betapa bahagianya menjadi seorang penulis buku sehingga saat orang-orang ke toko buku akan mencari sebuah buku yang ditulis oleh “Tokoh Aku”.

***

2011

Sudah sekian banyak buku yang berhasil dikhatamkan, Tokoh Aku bertekad menjadi penulis. Tokoh Aku jatuh cinta kepada puisi. Baginya, puisi adalah makhluk paling indah di muka bumi. Puisi adalah semesta itu sendiri. Tokoh Aku belajar menulis puisi langsung kepada para sastrawan terkenal. Tokoh Aku begitu sering berkunjung ke rumah para sastrawan itu, hanya untuk belajar menulis.
......................
Kisah lengkap "Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku" dapat anda baca di buku Para Pejuang Literasi.
Para Pejuang Literasi


Posting Komentar untuk "Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku"