Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Sebuah Perjalanan

 “Mba Raudloh mulai menyusun strategi untuk bertahan di masa pandemi. Ia pun mengajak ibu-ibu sekitar Rumah Belajar Annur untuk membuat masker, dengan memanfaatkan beberapa mesin yang ada di Rumah Belajar Annur. Alhamdulillah, iibu-ibu mendapatkan penghasilan tambahan dari orderan masker.”

-Raudlotul Jannah-

Sebuah Perjalanan

Namanya Mba Raudloh, kelahiran asli Desa Limbangan, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes.
Dari tahun 2012, ia sudah memiliki mimpi untuk punya rumah baca di desanya, sebagai salah satu pengabdian yang bisa ia berikan untuk masyarakat. Rumah bacanya ia namakan “Rumah Belajar Annur”. 

Semua ini berawal dari uang yang Mba Raudloh dapatkan dengan memberikan Bimbel kepada anak-anak di Cimahi selagi masih kuliah. Dari situlah ia mulai punya uang untuk membeli buku, mainan dan alat musik.

Tahun 2018, setelah Mba Raudloh menyelesaikan kuliahnya di Bandung, ia ingin kembali ke desanya, Limbangan. Ia orangtuanya untuk memanfaatkan ruang tamu agar bisa dijadikan tempat belajar anak-anak. Selain membantu anak-anak sekitar untuk belajar, ia juga ingin rumahnya ramai. Karena selama ini, di rumah itu cuma ada ia dan kedua orangtuanya.

Mba Raudloh mulai membuat rak besi, dari membeli bahan sampai besi untuk kerangkanya. Ia melakukan itu semua bersama kakak iparnya. Namun dalam membuat banner dan menata buku-buku, semuanya dilakukan sendiri. 

Awal membuat kerangka, tetangganya Berpikir kalo Mba Raudloh membuat rak untuk berjualan, karena memang bentuknya seperti rak untuk gudang. Setelah spanduk terpasang, tetangga mengerti jika itu adalah rumah baca, tempat yang menyediakan buku untuk dibaca dan tempat belajar anak.

Dua bulan telah berlalu. Mba Raudloh pun mulai bingung, karena anak-anak yang berkunjung tidak bertambah. Ia kemudian berpikir untuk membuat lomba. Selain untuk memperkenalkan kepada masyarakat, ia juga ingin membuat satu gebrakan yang belum pernah dilakukan oleh masyarakat sekitar. 

Dengan berbekal pengalamannya saat di Papua dulu, Mba Raudloh mulai menyusun strategi untuk membuat acara Lomba Mewarnai Tingkat TK dan SD. Dengan bantuan oleh dua keponakannya, ia mulai mempersiapkan acara, peserta, hadiah dan semua keperluan lomba. 

Hari yang dinantikan pun tiba. Dari target 100 peserta ternyata meleset. Peserta menjadi 200, sangat di luar dugaan. Alhamdulillah, setelah kegiatan itu, Rumah Belajar Annur mulai banyak diperbincangkan. Mba Raudloh juga mulai aktif mempromosikan kegiatan-kegiatan Rumah Belajar Annur sehingga setiap bulan Rumah Belajar Annur selalu mendapatkan donasi buku.

Setelah beberapa bulan, Mba Raudloh pun mulai menyebarkan cinta buku. Sekarang dia berpikir bagaimana agar anak-anak wilayah pesisir bisa mendapatkan akses membaca buku. Lalu ia pun mulai bergerak mendatangi sekolah-sekolah. Setiap Jum'at secara bergiliran mendatangi sekolah mulai dari tingkat TK, SD dan SMP.  

Cara pendekatan Mba Raudloh sangat unik. Ia menghubungi kenalannya seorang guru, kemudian meminta izin untuk membawakan beberapa buku bacaan. Alhamdulillah, responnya sangat bagus. Ia mulai memberanikan diri untuk mengunjungi SD. Dengan berbekal buku satu box kardus dan sepedanya, ia mulai berkeliling membawa sekolah-sekolah. 

Setiap hari Kamis, Mba Raudloh datang ke sekolah dengan maksud untuk meminta ijin membuka lapak buku. Kemudian, di hari Jum’at pada jam istirahat, ia membuka terpal dan mulai membuka lapak buku selama 15 menit.

Dari mulai dua SD di Desa Limbangan, Mba Raudloh merambah ke desa sebelahnya yaitu Karang Dempel, kemudian berpindah ke Desa Prapag Kidul, Desa Prapag Lor, dan Desa Pengabean. Namun, di sana terdapat satu SD yang tidak mau dikunjungi, karena mungkin mereka berpikir kalo Mba Raudloh akan menjual buku. Tetapi Mba Raudloh selalu berpikir positif, masih banyak sekolah yang harus didatangi. 
.......................
Kisah lengkap "Sebuah Perjalanan" dapat anda baca di buku Para Pejuang Literasi.
Para Pejuang Literasi.


Posting Komentar untuk "Sebuah Perjalanan"