Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah

 “Seperti bernostalgia, ia mengingat banyak kenangan mulai dari awal mengunjungi perpustakaan sampai ikut menjadi pengurus sekarang. Dadanya sedikit sesak kala satu per satu buku memasuki kardus. Akan butuh waktu untuk menata semuanya kembali.”

- Rr. Megandini Listy Indira & Ayu Rahmawati Kautsar Dieni -

Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah

Di Kota Jogja, kala siang hari sedang terik-teriknya, Ayu baru saja selesai makan di tempat yang temannya, Muthia, rekomendasikan, sebuah warung kecil dekat Selokan Mataram dan Klaster Agro Universitas Gadjah Mada. Katanya, di tempat itu harganya murah. Ayu iyakan saja ajakan temannya. Karena setelah makan, Ayu ingin ditemani pergi ke sebuah tempat.

Sebenarnya, tempat yang ingin Ayu tuju, Masjid Mardliyyah bukanlah tempat yang asing baginya. Hanya saja, hatinya baru tergerak untuk berkunjung setelah membaca broadcast dari salah satu grup WhatsApp kemarin. 

Dari Fakultas Teknik, tempatnya kuliah, ke Masjid Mardliyyah sangatlah dekat. Beberapa kali Ayu juga sempat shalat dan tak melihat hal lain selain tempat ibadah di sana. Memang ada satu bangunan kecil di bagian depan masjid. Namun menurutnya, sekilas tak ada sesuatu yang spesial dari bangunan itu.

Dari luar, tempat itu tampak seperti bangunan biasa dan tak ada hal yang menarik. Justru lebih seperti bangunan yang tak begitu terawat. Ayu jadi merasa sedikit ragu untuk melangkah, meski GPS pada ponselnya tepat mengarah ke ruangan itu. Bahkan spanduk yang terpasang di depan ruangan itu terpampang jelas nama tempat yang Ayu cari. Namun, ia masih tetap belum yakin. 

Sejenak matanya melihat sekeliling dan ia coba bertanya pada beberapa orang yang ditemui. Ternyata semua orang yang ia tanya memiliki jawaban yang sama. Benar di situ lokasinya. Akhirnya Ayu beranikan diri untuk masuk demi mengobati rasa penasarannya. 

Perlahan ia melepas alas kaki, lalu meletakkannya di rak kecil dan mulai memegang gagang pintu. Dengan hati-hati, Ayu dorong pintu ruangan ke dalam. Begitu terbuka, mata Ayu seketika berbinar-binar bak penambang yang tengah menemukan emas. Mendadak terdiam dan mengakhiri penggalian, karena harta karun yang dicari telah ditemukan. Ya, harta karun bagi Ayu adalah tumpukan-tumpukan buku yang berjajar rapi dalam sebuah istana yang ia sebut-sebut sebagai perpustakaan.

Kini langkahnya tak lagi ragu-ragu untuk menelusuri setiap sisi ruangan. Mengamati satu-persatu buku dan hatinya selalu kegirangan ketika acap kali menemukan buku langka yang sulit ia cari. Baru kali ini Ayu merasa amat senang atas perpustakaan yang dikunjunginya. Barangkali bangunan itu memang tak besar, namun di dalamnya berisi hal-hal yang Ayu cari selama ini.
***
Sejarah mencatat bahwa awal peradaban dimulai ketika manusia mengenal tulisan, bukan sejak berdirinya bangunan-bangunan besar dan gedung-gedung yang megah. Peradaban ditandai oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan bukan pembangunan fisik semata. 

Pada zaman keemasan Islam sekitar tahun 830 Masehi, khalifah ketujuh Abbasiyyah yaitu Khalifah Al-Ma’mun mendirikan sebuah perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah atau dalam bahasa Indonesia berarti “Rumah Kebijaksanaan”. Dalam perkembangannya, Baitul Hikmah di Baghdad dibangun dengan sangat megah sebagai wujud kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.

Dahulu, perpustakaan bukan sekadar rak buku-buku atau tempat lembaran-lembaran yang semakin hari semakin usang. Pada masa itu, perpustakaan merupakan pusat peradaban yang memegang peranan penting, di mana berbagai bidang ilmu dipelajari dan para ilmuwan sangat dihargai. Bahkan dari sangat cintanya Khalifah Al-Ma’mun terhadap pengetahuan, beberapa ilmuwan didelegasikan untuk menerjemahkan buku-buku dari berbagai negara. Selain perpustakaan, Baitul Hikmah juga difungsikan sebagai lembaga pendidikan dan penelitian. 
..........................
Kisah lengkap "Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah" dapat anda baca di buku Para Pejuang Literasi.
Para Pejuang Literasi.


Posting Komentar untuk "Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah"