Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai

 “Ia seringkali bermain ‘sekolah-sekolahan’ bersama teman-teman yang lebih kecil tingkatan kelasnya. Ia mengajari membaca, menulis, dan bermain bersama. Bahkan ia sering menyisihkan uang jajannya demi membeli kapur atau meng-copy beberapa kertas untuk bacaan bersama teman yang lain.”

- Gilang Nanda Permana Widodo -

Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai

Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki minat rendah dalam membaca. Hal ini dibuktikan dari riset yang berjudul World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University dan menyatakan bahwa Negara Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara mengenai minat membaca. Namun, di balik fakta yang memilukan ini, terdapat banyak kisah inspiratif pejuang literasi di seluruh Indonesia yang sangat peduli terhadap literasi atau minat baca masyarakat.

Ini adalah kisah tiga pejuang aksara dari Perpustakaan Panuntun Desa Ketitangkidul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, yang memiliki prinsip dan tujuan yang sama, yaitu menumbuhkan budaya literasi di kalangan masyarakat desa. Ketiga tokoh tersebut adalah Yusuf Bahtiar, Muammar Kadavi, dan Gilang Nanda Permana Widodo, yang akan diceritakan berikut ini.

Yusuf Bahtiar, Si Maniak Literasi dari Desa

Yusuf Bahtiar, seorang pemuda yang memiliki nama panggung Yusuf Andrea ini, sedari kecil memiliki pemikiran yang terbuka terhadap permasalahan literasi dan pendidikan. Memiliki latar belakang sebagai kakak tertua dari lima bersaudara, sejak kecil ia ingin menjadi orang yang berhasil dan sukses membanggakan kedua orangtuanya.

Masa kecil hingga remaja dihabiskan Yusuf untuk selalu belajar dan berproses. Setiap hari dia mampu menghabiskan empat hingga lima buku tebal, apapun jenisnya. Hingga pada suatu hari ia berpikir untuk mengajak orang sekitar agar senang membaca buku seperti dirinya. Namun, bukan pujian yang didapatkan, dirinya justru mendapatkan keacuhan dan penolakan dari teman dan orang di sekitarnya.
 
“Memang berat mendapat penolakan dan ujian. Namun tujuan saya tidak pernah berubah untuk menumbuhkan budaya gemar membaca di kalangan masyarakat desa.” Ujarnya.

Walaupun mendapatkan penolakan, dirinya tetap melanjutkan tujuan dan cita-citanya itu melalui dirinya sendiri. Ia tetap melanjutkan kegemaran membacanya walaupun sering mendapat ujaran kebencian dari teman sebayanya, bahkan setelah memasuki masa remaja dirinya juga tidak jarang menciptakan cerita pendek atau sajak-sajak puisi. 

Menginjak dewasa, ia mulai merambah ke luar desa untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia literasi. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dalam organisasi Gerakan Perpustakaan Anak Nasional Regional Pekalongan. Upaya ini ia lakukan karena di desa tidak memiliki wadah ataupun organisasi yang berkaitan dengan literasi. Dirinya pun selalu bermimpi agar suatu hari dapat mendirikan organisasi itu di desanya.

Muammar Kadavi, Pegiat Literasi Berbasis Religi

Muammar Kadavi, atau akrab dipanggil David merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Kabupaten Pekalongan. Karena tidak terlalu jauh dari rumah, ia memutuskan untuk laju atau pulang-pergi dari rumah ke kampus. Di desa, dirinya aktif dalam kegiatan religi, seperti IPNU, Durror, dan Ikatan Remaja Masjid.

Hingga pada tahun 2018, dirinya terpilih menjadi Ketua Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU). Selama masa kepemimpinannya, David adalah seorang yang bertanggungjawab dan sangat peduli terhadap anggotanya.

Lalu, bagaimana perannya dalam bidang literasi? Kisahnya dimulai sejak dirinya masuk atau bergabung dalam IPNU, terutama setelah dirinya menjabat sebagai ketua. Ia sedikit sedih melihat anak-anak usia belia yang tidak peduli dengan pendidikan. Mereka hanya peduli dengan bermain, bermain, dan bermain, tidak ada masa yang digunakan untuk membaca buku.
........................
Kisah lengkap "Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai" dapat anda baca di buku Para Pejuang Literasi.
Para Pejuang Literasi.


Posting Komentar untuk "Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai"