tag:blogger.com,1999:blog-4373359699343582492024-03-14T02:57:03.976-07:00Distributor BukuUnknownnoreply@blogger.comBlogger191125tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-25708122424352312452021-06-14T13:57:00.005-07:002021-08-25T12:47:59.281-07:00Perpusdes Pemali Berprestasi dan Melayani di Tengah Pandemi<blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Wiwi bahkan tidak hanya melayani warga setempat untuk mendapatkan bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan desa, namun ia juga sempat keliling mendatangi warga. Dengan menggunakan sepeda, Wiwi membawa buku untuk warga di program Perpustakaan Keliling-nya.”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Rustian Al'Ansori -</b></p><div style="text-align: justify;"><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiZusHYmse9i8b4wyDcKOJc2cwBBEa7_vnRP_s8KGn5YEIAGKcMlb9dM_WpGUHj7tWOo4MBHs4p7k7Po237UeaK8NJ8qMywtqfKv72NLZGPoIPKQNFlltIABVekLeUXAIH6rWRQ-FukmY/s1536/seseses.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Perpusdes Pemali Berprestasi dan Melayani di Tengah Pandemi" border="0" data-original-height="829" data-original-width="1536" height="355" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiZusHYmse9i8b4wyDcKOJc2cwBBEa7_vnRP_s8KGn5YEIAGKcMlb9dM_WpGUHj7tWOo4MBHs4p7k7Po237UeaK8NJ8qMywtqfKv72NLZGPoIPKQNFlltIABVekLeUXAIH6rWRQ-FukmY/w656-h355/seseses.png" title="Perpusdes Pemali Berprestasi dan Melayani di Tengah Pandemi" width="656" /></a></div><br />Perpustakaan Desa (Perpusdes) di Kabupaten Bangka masih ada yang memberikan pelayanan di tengah pandemi Covid-19. Perpusdes Berlian Pemali adalah salah satu di antaranya yang masih buka dan tetap memberikan pelayanan kepada pemustaka.</div><div><br /></div><div>Adalah Wiwi, Kepala Perpustakaan Berlian yang memutuskan agar perpustakaan tetap buka. Bukannya tidak peduli dengan kondisi pandemi, tapi bagaimanapun perpustakaan juga perlu untuk tetap dibuka. Tentu saja, sebagai bentuk kepedulian atas kondisi pandemi, perpustakaan juga turut serta berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui penerapan protokol kesehatan bagi pengunjung perpustakaan. Selain itu, Perpustakaan Berlian menunjukkan kepedulian terhadap warga desa, khususnya pelajar, yang membutuhkan pelayanan untuk menyelesaikan tugas dari sekolah yang diberikan guru secara daring.</div><div><br /></div><div>Selama pandemi, pelajar dan mahasiswa belajar dari rumah. Guru memberikan tugas secara daring. Perpusdes Berlian menjadi tempat mereka menyelesaikan tugas. Menariknya, Perpusdes Berlian menyediakan internet gratis, sehingga hal ini dapat mengirit biaya yang dikeluarkan orangtua untuk membeli kuota internet. Selain itu, perpustakaan juga menyediakan beberapa unit komputer yang bisa digunakan pemustaka.</div><div><br /></div><div>"Komputer ini di antaranya merupakan bantuan Perpustakaan Nasional karena kita sebagai penerima manfaat dari program inklusi sosial," jelas Wiwi di suatu hari.</div><div><br /></div><div>Membuka pelayanan perpustakaan di tengah pandemi bukannya tidak khawatir dengan Covid-19. Wiwi pun sebagai pengelola Perpustakaan Berlian tetap selalu waspada dengan mewajibkan pemustaka mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun yang sudah disediakan pengelola perpustakaan dan harus menjaga jarak selama berada di perpustakaan.</div><div><br /></div><div>Pemustaka dengan tertib berada di perpustakaan sambil menikmati internet gratis melalui wifi yang tersedia. Ketika bulan puasa lalu, di tengah pandemi, pelayanan tetap dilakukan seperti biasa.</div><div><br /></div><div>"Malam hari banyak pelajar yang menyelesaikan tugas sekolah secara online," kata Wiwi, Kepala Perpustakaan Berlian saat ditemui di Perpustakaan Daerah Kabupaten Bangka untuk menyelesaikan persyaratan guna mengikuti Lomba Perpustakaan tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.</div><div><br /></div><div>Perpusdes Berlian merupakan utusan Kabupaten Bangka yang mengikuti Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi untuk kategori Perpustakaan Desa tahun 2020. Selama pandemi Covid-19, sepanjang tahun 2020, Wiwi terus disibukkan dengan pelayanan dan membenah diri. Itu dapat terlihat di Gedung Perpustakaan Berlian, tepatnya di Jalan Raya Desa Pemali yang terletak berdampingan dengan kantor desa. </div><div><br /></div><div>Di Perpusdes itu, yang berjarak sekitar 12 km dari Kota Sungailiat, Ibu Kota Kabupaten Bangka, selalu saja ada aktifitas di setiap harinya. </div><div><br /></div><div>Wiwi bergabung di Perpusdes Berlian pada Januari 2019, bersamaan dengan dinobatkannya perpustakaan ini sebagai penerima manfaat perpustakaan desa berinklusi sosial dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI. Hingga kini, ia menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Berlian. </div><div><br /></div><div>Sebelumnya, perpustakaan masih menumpang satu atap dengan kantor Desa Pemali. Namun berkat perjuangannya yang tak kenal lelah dalam melakukan pembenahan, perpustakaan sekarang sudah memiliki gedung sendiri.</div><div><br /></div><div>Selama pandemi, Perpustakaan Berlian masih membuka pelayanan seperti hari-hari biasa mulai pagi hingga malam yakni, pukul 08.00-15.00 WIB dan pukul 19.00-21.00 WIB. Semangat dan ketulusan itulah yang menjadi modal Wiwi untuk terus melayani di tengah pandemi.</div><div>...............................</div><div>Kisah lengkap "Perpusdes Pemali Berprestasi dan Melayani di Tengah Pandemi" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_hFqUPnVDsulbDFa1Fnk9F9_PnfwiWJhtPDs241rCVYaG94NJGsFBbnvBVxgKIKpoWX5rattG53fxCUJx_8EENfRouM0QHFOK7AU9UTpK1BTw8f3bvp8Z9zohCTU3GNMg4Idum5HA-gc/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="349" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_hFqUPnVDsulbDFa1Fnk9F9_PnfwiWJhtPDs241rCVYaG94NJGsFBbnvBVxgKIKpoWX5rattG53fxCUJx_8EENfRouM0QHFOK7AU9UTpK1BTw8f3bvp8Z9zohCTU3GNMg4Idum5HA-gc/w499-h349/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="499" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-44062389492102058392021-06-13T17:48:00.003-07:002021-06-13T17:48:30.787-07:00Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Seperti bernostalgia, ia mengingat banyak kenangan mulai dari awal mengunjungi perpustakaan sampai ikut menjadi pengurus sekarang. Dadanya sedikit sesak kala satu per satu buku memasuki kardus. Akan butuh waktu untuk menata semuanya kembali.”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Rr. Megandini Listy Indira & Ayu Rahmawati Kautsar Dieni -</b></p><div style="text-align: justify;"><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUBKXKDAaw5bTfGRhBO8L3lzddmkmp8tLgSrBGde5Ixe5i1JkcPmeJm6oeHNZDZnHV3CXUd4JRlnxDbC9hyW9kEdGzrAmNG1_oR1Jd8_Jl0szmcCwqtXP-FHFDjmSevTsPCquBzcyDPYg/s1536/sesseses.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah" border="0" data-original-height="829" data-original-width="1536" height="363" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUBKXKDAaw5bTfGRhBO8L3lzddmkmp8tLgSrBGde5Ixe5i1JkcPmeJm6oeHNZDZnHV3CXUd4JRlnxDbC9hyW9kEdGzrAmNG1_oR1Jd8_Jl0szmcCwqtXP-FHFDjmSevTsPCquBzcyDPYg/w671-h363/sesseses.png" title="Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah" width="671" /></a></div><br />Di Kota Jogja, kala siang hari sedang terik-teriknya, Ayu baru saja selesai makan di tempat yang temannya, Muthia, rekomendasikan, sebuah warung kecil dekat Selokan Mataram dan Klaster Agro Universitas Gadjah Mada. Katanya, di tempat itu harganya murah. Ayu iyakan saja ajakan temannya. Karena setelah makan, Ayu ingin ditemani pergi ke sebuah tempat.</div><div><br /></div><div>Sebenarnya, tempat yang ingin Ayu tuju, Masjid Mardliyyah bukanlah tempat yang asing baginya. Hanya saja, hatinya baru tergerak untuk berkunjung setelah membaca broadcast dari salah satu grup WhatsApp kemarin. </div><div><br /></div><div>Dari Fakultas Teknik, tempatnya kuliah, ke Masjid Mardliyyah sangatlah dekat. Beberapa kali Ayu juga sempat shalat dan tak melihat hal lain selain tempat ibadah di sana. Memang ada satu bangunan kecil di bagian depan masjid. Namun menurutnya, sekilas tak ada sesuatu yang spesial dari bangunan itu.</div><div><br /></div><div>Dari luar, tempat itu tampak seperti bangunan biasa dan tak ada hal yang menarik. Justru lebih seperti bangunan yang tak begitu terawat. Ayu jadi merasa sedikit ragu untuk melangkah, meski GPS pada ponselnya tepat mengarah ke ruangan itu. Bahkan spanduk yang terpasang di depan ruangan itu terpampang jelas nama tempat yang Ayu cari. Namun, ia masih tetap belum yakin. </div><div><br /></div><div>Sejenak matanya melihat sekeliling dan ia coba bertanya pada beberapa orang yang ditemui. Ternyata semua orang yang ia tanya memiliki jawaban yang sama. Benar di situ lokasinya. Akhirnya Ayu beranikan diri untuk masuk demi mengobati rasa penasarannya. </div><div><br /></div><div>Perlahan ia melepas alas kaki, lalu meletakkannya di rak kecil dan mulai memegang gagang pintu. Dengan hati-hati, Ayu dorong pintu ruangan ke dalam. Begitu terbuka, mata Ayu seketika berbinar-binar bak penambang yang tengah menemukan emas. Mendadak terdiam dan mengakhiri penggalian, karena harta karun yang dicari telah ditemukan. Ya, harta karun bagi Ayu adalah tumpukan-tumpukan buku yang berjajar rapi dalam sebuah istana yang ia sebut-sebut sebagai perpustakaan.</div><div><br /></div><div>Kini langkahnya tak lagi ragu-ragu untuk menelusuri setiap sisi ruangan. Mengamati satu-persatu buku dan hatinya selalu kegirangan ketika acap kali menemukan buku langka yang sulit ia cari. Baru kali ini Ayu merasa amat senang atas perpustakaan yang dikunjunginya. Barangkali bangunan itu memang tak besar, namun di dalamnya berisi hal-hal yang Ayu cari selama ini.</div><div style="text-align: center;">***</div><div>Sejarah mencatat bahwa awal peradaban dimulai ketika manusia mengenal tulisan, bukan sejak berdirinya bangunan-bangunan besar dan gedung-gedung yang megah. Peradaban ditandai oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan bukan pembangunan fisik semata. </div><div><br /></div><div>Pada zaman keemasan Islam sekitar tahun 830 Masehi, khalifah ketujuh Abbasiyyah yaitu Khalifah Al-Ma’mun mendirikan sebuah perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah atau dalam bahasa Indonesia berarti “Rumah Kebijaksanaan”. Dalam perkembangannya, Baitul Hikmah di Baghdad dibangun dengan sangat megah sebagai wujud kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.</div><div><br /></div><div>Dahulu, perpustakaan bukan sekadar rak buku-buku atau tempat lembaran-lembaran yang semakin hari semakin usang. Pada masa itu, perpustakaan merupakan pusat peradaban yang memegang peranan penting, di mana berbagai bidang ilmu dipelajari dan para ilmuwan sangat dihargai. Bahkan dari sangat cintanya Khalifah Al-Ma’mun terhadap pengetahuan, beberapa ilmuwan didelegasikan untuk menerjemahkan buku-buku dari berbagai negara. Selain perpustakaan, Baitul Hikmah juga difungsikan sebagai lembaga pendidikan dan penelitian. </div><div>..........................</div><div>Kisah lengkap "Membangkitkan Kembali Spirit Perpustakaan Baitul Hikmah Abbasiyyah" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmqb3Km6NcMeDwlAc-FCmVg0szIuikxrqNjs7MEX9vQX6N0SqKqGEYhq5DlnEuGh8OcK_sV3LvMIk9Df2FEXXLVeo1wK5SSMlAAoFHBNeSsNTtv86d_wjjoOwX-zIvuYB0DwpOzmc1D_o/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmqb3Km6NcMeDwlAc-FCmVg0szIuikxrqNjs7MEX9vQX6N0SqKqGEYhq5DlnEuGh8OcK_sV3LvMIk9Df2FEXXLVeo1wK5SSMlAAoFHBNeSsNTtv86d_wjjoOwX-zIvuYB0DwpOzmc1D_o/w480-h336/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="480" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-85375380363938105902021-06-13T08:08:00.003-07:002021-06-13T08:08:27.614-07:00Sebuah Perjalanan<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"> <i><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">“Mba Raudloh mulai menyusun strategi untuk bertahan di masa pandemi. </span><span style="vertical-align: inherit;">Ia pun mengajak ibu-ibu sekitar Rumah Belajar Annur untuk membuat masker, dengan memanfaatkan beberapa mesin yang ada di Rumah Belajar Annur. </span><span style="vertical-align: inherit;">Alhamdulillah, iibu-ibu mendapatkan penghasilan tambahan dari orderan masker.”</span></span></i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">-Raudlotul Jannah-</span></span></b></p><div style="text-align: justify;"><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHXahbdWf0h_MsiUsJql8ELZqnV892YdaDXvRPahMYg2E4o8OFAHMh2lMXHiI8YxDnJUInP2s0tokkpFwJ_sRamEU2LDyi6HYWsSFDx43ozXdzVWISzBDjl6jATNtPzDqdL3R35ISdkSc/s1200/aaa-3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sebuah Perjalanan" border="0" data-original-height="647" data-original-width="1200" height="359" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHXahbdWf0h_MsiUsJql8ELZqnV892YdaDXvRPahMYg2E4o8OFAHMh2lMXHiI8YxDnJUInP2s0tokkpFwJ_sRamEU2LDyi6HYWsSFDx43ozXdzVWISzBDjl6jATNtPzDqdL3R35ISdkSc/w665-h359/aaa-3.png" title="Sebuah Perjalanan" width="665" /></a></div><br />Namanya Mba Raudloh, kelahiran asli Desa Limbangan, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dari tahun 2012, ia sudah memiliki mimpi untuk punya rumah baca di desanya, sebagai salah satu pengabdian yang bisa ia berikan untuk masyarakat. </span><span style="vertical-align: inherit;">Rumah bacanya ia namakan “Rumah Belajar Annur”. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Semua ini berawal dari uang yang Mba Raudloh dapatkan dengan memberikan Bimbel kepada anak-anak di Cimahi selagi masih kuliah. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dari situlah ia mulai punya uang untuk membeli buku, mainan dan alat musik.</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Tahun 2018, setelah Mba Raudloh menyelesaikan kuliahnya di Bandung, ia ingin kembali ke desanya, Limbangan. </span><span style="vertical-align: inherit;">Ia orangtuanya untuk memanfaatkan ruang tamu agar bisa dijadikan tempat belajar anak-anak. </span><span style="vertical-align: inherit;">Selain membantu anak-anak sekitar untuk belajar, ia juga ingin rumahnya ramai. </span><span style="vertical-align: inherit;">Karena selama ini, di rumah itu cuma ada ia dan kedua orangtuanya.</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Mba Raudloh mulai membuat rak besi, dari membeli bahan sampai besi untuk kerangkanya. </span><span style="vertical-align: inherit;">Ia melakukan itu semua bersama kakak iparnya. </span><span style="vertical-align: inherit;">Namun dalam membuat banner dan menata buku-buku, semuanya dilakukan sendiri. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Awal membuat kerangka, tetangganya Berpikir kalo Mba Raudloh membuat rak untuk berjualan, karena memang bentuknya seperti rak untuk gudang. </span><span style="vertical-align: inherit;">Setelah spanduk terpasang, tetangga mengerti jika itu adalah rumah baca, tempat yang menyediakan buku untuk dibaca dan tempat belajar anak.</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Dua bulan telah berlalu. </span><span style="vertical-align: inherit;">Mba Raudloh pun mulai bingung, karena anak-anak yang berkunjung tidak bertambah. </span><span style="vertical-align: inherit;">Ia kemudian berpikir untuk membuat lomba. </span><span style="vertical-align: inherit;">Selain untuk memperkenalkan kepada masyarakat, ia juga ingin membuat satu gebrakan yang belum pernah dilakukan oleh masyarakat sekitar. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Dengan berbekal pengalamannya saat di Papua dulu, Mba Raudloh mulai menyusun strategi untuk membuat acara Lomba Mewarnai Tingkat TK dan SD. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dengan bantuan oleh dua keponakannya, ia mulai mempersiapkan acara, peserta, hadiah dan semua keperluan lomba. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Hari yang dinantikan pun tiba. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dari target 100 peserta ternyata meleset. </span><span style="vertical-align: inherit;">Peserta menjadi 200, sangat di luar dugaan. </span><span style="vertical-align: inherit;">Alhamdulillah, setelah kegiatan itu, Rumah Belajar Annur mulai banyak diperbincangkan. </span><span style="vertical-align: inherit;">Mba Raudloh juga mulai aktif mempromosikan kegiatan-kegiatan Rumah Belajar Annur sehingga setiap bulan Rumah Belajar Annur selalu mendapatkan donasi buku.</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Setelah beberapa bulan, Mba Raudloh pun mulai menyebarkan cinta buku. </span><span style="vertical-align: inherit;">Sekarang dia berpikir bagaimana agar anak-anak wilayah pesisir bisa mendapatkan akses membaca buku. </span><span style="vertical-align: inherit;">Lalu ia pun mulai bergerak mendatangi sekolah-sekolah. </span><span style="vertical-align: inherit;">Setiap Jum'at secara bergiliran mendatangi sekolah mulai dari tingkat TK, SD dan SMP. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Cara pendekatan Mba Raudloh sangat unik. </span><span style="vertical-align: inherit;">Ia menghubungi kenalannya seorang guru, kemudian meminta izin untuk membawakan beberapa buku bacaan. </span><span style="vertical-align: inherit;">Alhamdulillah, responnya sangat bagus. </span><span style="vertical-align: inherit;">Ia mulai memberanikan diri untuk mengunjungi SD. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dengan berbekal buku satu box kardus dan sepedanya, ia mulai berkeliling membawa sekolah-sekolah. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div>Setiap hari Kamis, Mba Raudloh datang ke sekolah dengan maksud untuk meminta ijin membuka lapak buku. Kemudian, di hari Jum’at pada jam istirahat, ia membuka terpal dan mulai membuka lapak buku selama 15 menit.</div><div><br /></div><div>Dari mulai dua SD di Desa Limbangan, Mba Raudloh merambah ke desa sebelahnya yaitu Karang Dempel, kemudian berpindah ke Desa Prapag Kidul, Desa Prapag Lor, dan Desa Pengabean. Namun, di sana terdapat satu SD yang tidak mau dikunjungi, karena mungkin mereka berpikir kalo Mba Raudloh akan menjual buku. Tetapi Mba Raudloh selalu berpikir positif, masih banyak sekolah yang harus didatangi. </div><div>.......................</div><div>Kisah lengkap "Sebuah Perjalanan" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglGn4_cdepbwsOCQPDyRIj3-oLxbqcQMGnuEYsOjKZstSFAjTBTRdRdjv1OxC8De4Lvjg6eb0Gj8kzijjJG1GEnpvOHtSaU60txWLkN8QhVhW93SaG0-nAr3CkAvEJ-YAgQf1uZ4hdcrg/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="304" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglGn4_cdepbwsOCQPDyRIj3-oLxbqcQMGnuEYsOjKZstSFAjTBTRdRdjv1OxC8De4Lvjg6eb0Gj8kzijjJG1GEnpvOHtSaU60txWLkN8QhVhW93SaG0-nAr3CkAvEJ-YAgQf1uZ4hdcrg/w434-h304/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="434" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-44361412155895585942021-06-12T18:04:00.004-07:002021-06-12T18:04:27.289-07:00Yang Belia, yang Ikut Serta<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Pergaulan Randa memang berada di lingkaran semacam itu. Anak-anak muda yang dianggap tidak hits adalah mereka yang sibuk mengurusi masalah-masalah yang tidak bisa mendongkrak nilai pergaulan dengan cara mereka; lingkungan yang menertawakan kutu buku.”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Nita Juniarti -</b></p><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><i><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUIJVeE9CR2yoLBWID960xfl_noIJG9HIGhhyphenhyphen_B3uW7X4pnp56mVnttrraL1tuznhdLB__VXIW0FmSzYmFT6OPqvDpYyAyOvMDOzIMNMO4CsGDdAmMmwg6TB620uAvWeD005l7Eh_XtE/s1536/c.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Yang Belia, yang Ikut Serta" border="0" data-original-height="829" data-original-width="1536" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUIJVeE9CR2yoLBWID960xfl_noIJG9HIGhhyphenhyphen_B3uW7X4pnp56mVnttrraL1tuznhdLB__VXIW0FmSzYmFT6OPqvDpYyAyOvMDOzIMNMO4CsGDdAmMmwg6TB620uAvWeD005l7Eh_XtE/w662-h358/c.png" title="Yang Belia, yang Ikut Serta" width="662" /></a></div><br />"Jika budaya anda tidak menyukai orang-orang kutu buku, anda berada pada masalah yang serius."</i></div><div style="text-align: center;"><i>(Bill Gates, Pendiri Microsoft)<span style="white-space: pre;"> </span></i></div><div><br /></div><div>Sebuah kutipan dari Bill Gates itu menjadi salah satu pemukul bagi Randa yang membuatnya tetap bertahan mengurus Sigupai Mambaco, terutama untuk program BukLing (Buku Keliling). Randa, lelaki kelahiran 11 Februari 2002 itu merasa malu dan merasa tidak ada yang bisa dilakukan dengan gerakan literasi itu. Namun ternyata, Nita, sang kakak yang menjadi pendiri Sigupai Mambaco tidak menyerah untuk terus mengajaknya melakukan pengabdian. </div><div><br /></div><div>Pada mulanya Randa terjerat di antara rasa ragu dan kewajiban untuk menemani kakaknya sebagaimana yang diamanahkan sang ibu. Bahkan Randa sempat protes ketika Nita semangat sekali melapak buku tanpa rasa malu di Bukit Hijau, Aceh Barat Daya.</div><div><br /></div><div>“Ngapain sih, Kak, orang di kota ini tidak ada yang hobi membaca. Cobalah saja, sampai rambut memutih, buku yang dibawa ini tidak akan pernah dibaca.” Kata Randa suatu ketika.</div><div><br /></div><div>Keukeh, sifat itulah yang dimiliki Nita untuk mengajak Randa, sehingga membuat Randa ikut keukeh juga dan ikut serta tanpa berhenti meski sesekali ia ingin menikmati hidupnya sebagai seorang belia yang masih suka bersenang-senang dan berfoya-foya.</div><div><br /></div><div>Kegiatan pertama membuka lapak baca pun mereka jalankan, di tengah suasana pantai yang terlihat ramai. Seorang belia bernama Randa itu, meski masih canggung, sangat bersemangat membantu menyusun buku-buku yang dibawa dari rumah bersama Nita, sang kakak. </div><div><br /></div><div>Hari itu hanya ada Nita, Randa dan satu pengunjung. Awalnya langit hanya menampakkan mendung. Namun, saat jam menunjukkan pukul 17.30 menjelang malam, hujan turun perlahan, gerimis tiba bersama orang yang terus berlalu-lalang. Ketika sedang beres-beres, seorang bapak berhenti untuk bertanya tentang lapak jenis apa yang sedang digelar mereka itu. Setelah diberi penjelasan, bapak itu berkata, "Tak ada banyak waktu untuk membaca, sekarang pun hujan". Kemudian bapak itu bertanya; hari apa buka lagi dan jam berapa?</div><div><br /></div><div>"Minggu sore, Pak, Insya Allah setiap pukul 16.30 sehabis Ashar, hingga menjelang malam, Pak. Kira-kira pukul 18.00.” Setelah berucap terima kasih, si bapak langsung berlalu begitu saja. </div><div><br /></div><div>Minggu selanjutnya, Randa masih ikut bersama Nita. Sekarang Randa malah menjadi lebih bersemangat. Baru pukul 15.00 WIB, ia sudah bertanya apakah hari ini akan melapak buku. Peristiwa melapak kali ini ternyata menjadi salah satu motivasi untuk Randa terus ikut dalam kegiatan BukLing (Buku Keliling) Sigupai Mambaco. </div><div><br /></div><div>Masih menggunakan motor, tikar dan dua tote bag berisi buku serta keranjang mamak yang dibajak untuk difungsikan sebagai rak, sudah siap berangkat. Sesampainya di pantai, Randa mengatur buku sebagaimana biasa. Lalu, ia duduk sambil mengambil sebuah buku dan ia pun membaca sembari menunggu orang-orang yang berkunjung.</div><div><br /></div><div>Kegiatan Nita dan Randa itu dianggap jualan oleh banyak orang. Karena, Kota Blangpidie dikenal dengan “kota dagang” sehingga tidak heran jika sikap orang yang berada di sana masih seperti 100 tahun lalu yang menganggap kegiatan lapak baca Nita dan Randa adalah sebuah lapak penjualan buku.</div><div><br /></div><div> “Bang, berapa buku ini dijual?” seorang anak kecil berumur kira-kira tujuh tahun membuyarkan konsentrasi bacaan Randa.</div><div><br /></div><div>“Tidak dijual, Dik. Ini untuk dibaca gratis.”</div><div><br /></div><div>“Boleh duduk di sini?” ucap si anak itu sembari tangannya menunjuk pada tikar. </div><div><br /></div><div>Randa pun mengangguk.</div><div>..........................</div><div>Kisah lengkap "Yang Belia, yang Ikut Serta" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1W5aj0Qs9Ll1QjCKUomel1S_JdD_JonS7YJRZExgNgZmqChl8WRC26KCrNF7BO6zofvkVyLF7Ivm57sSC5c9EvsHEDFu3D__iu5FP7RxUJmwdgm_j-h3XFyfE5n9a5cNbSWCGx6v7NB4/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1W5aj0Qs9Ll1QjCKUomel1S_JdD_JonS7YJRZExgNgZmqChl8WRC26KCrNF7BO6zofvkVyLF7Ivm57sSC5c9EvsHEDFu3D__iu5FP7RxUJmwdgm_j-h3XFyfE5n9a5cNbSWCGx6v7NB4/w436-h306/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="436" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-11978231288302634272021-06-12T04:59:00.001-07:002021-06-12T04:59:05.539-07:00Fajar yang Tak Kunjung Temukan Pagi<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Bu Guru Fatimah dan Bu Guru Anjar mendatangi kepala TK untuk meminta ijin menggunakan gudangnya untuk dijadikan taman baca agar lebih bermanfaat. Keduanya pun mendapatkan ijin dari kepala TK. Mereka semakin bersemangat dan langsung merapikan gudang itu. Bahkan, dengan menggendong anaknya yang masih balita Bu Guru Fatimah tetap turun tangan untuk ikut membantu bekerja.”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Muhammad Wasni -</b></p><div style="text-align: justify;"><h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMziRhWzNt-W8nUHEplBNYh7G9gh5SoNju_UuGFZgEt0TXGYJCHQlBJJLhjGz-kAQ0Q_czYo9nRcxZjM_Cb82n7KYU7EpYtGhhdD-zfc45qm5Sb6JFB5JAu5NC6l0a-f1vQvgJ8dwT3vU/s1536/a-3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Fajar yang Tak Kunjung Temukan Pagi" border="0" data-original-height="829" data-original-width="1536" height="364" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMziRhWzNt-W8nUHEplBNYh7G9gh5SoNju_UuGFZgEt0TXGYJCHQlBJJLhjGz-kAQ0Q_czYo9nRcxZjM_Cb82n7KYU7EpYtGhhdD-zfc45qm5Sb6JFB5JAu5NC6l0a-f1vQvgJ8dwT3vU/w673-h364/a-3.png" title="Fajar yang Tak Kunjung Temukan Pagi" width="673" /></a></div><br />Pra Mula</h3><div>Ilmu pengetahuan bagaikan berkas sinar mentari yang selalu ditunggu kedatangannya setiap pagi. Cahayanya akan menuntun kaki para petani menemukan jalan di sela-sela rerumputan pematang sawah di setiap pelosok negeri. Dengan pengetahuan pula para petani mampu teredukasi tentang cara menanam padi agar lumbungnya tetap terisi. </div><div><br /></div><div>Pada langkah berikutnya, ilmu pengetahuan juga tidak hanya sebagai penuntun kaki menemukan dan melewati jalan menuju kemudahan dalam menjalani kehidupan, tetapi juga sebagai energi yang luar biasa kuat untuk mendorong semangat memperbaiki kualitas hidup serta kemajuan untuk meningkatkan pola berpikir yang lebih kreatif dan mengerti cara berinovasi sehingga terentas dari pola “kejadulan” yang bisa mengakibatkan kelompok masyarakat di wilayah tertentu menjadi tertinggal dari kelompok yang lain.</div><div><br /></div><div>Tentunya sudah kita sepakati bersama bahwa pintu ilmu pengetahuan yang paling utama adalah bangku sekolah. Dari bangku sekolah inilah para petani yang membajak dalam sunyi berpikir untuk lebih menghemat waktu dan energi sehingga mereka mulai beralih pada mesin agar lebih cepat dalam menuai padi. Namun, kita juga pasti sependapat bahwa sumber utama dari ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku sekolah adalah buku. </div><div><br /></div><div>Di sinilah pra mula dari semuanya. Kesadaran serta kebiasaan akan pentingnya membaca menjadi masalah tersendiri di negeri ini. Masalah ini sudah mengakar pada setiap generasi dan tak kunjung menemukan solusi. Ibarat sinar matahari yang ditunggu, ia selalu tertutup mendung sehingga tak mampu untuk memberikan nutrisi pada setiap batang padi.</div><div><br /></div><div>Pada keadaan seperti ini, para pejuang literasi sangat dibutuhkan untuk beraksi di setiap lini dan sudut-sudut negeri ini. Upaya keras mereka adalah salah satu cahaya harapan yang sangat dinanti untuk menghangatkan semangat para “kaum petani” dalam belajar mencintai dunia literasi.</div><h3>Dua Kumala di Dusun Kumalabaru</h3><div>Kumalabaru adalah sebuah dusun kecil yang terdapat di Pulau Bawean, sebuah pulau kecil yang hanya memiliki dua kecamatan dan letaknya jauh terdampar di tengah lautan sebelah utara Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Sebagai sebuah dusun kecil di kepulauan yang jauh dari hingar bingar perindustrian, tentunya kita sudah bisa menebak bagaimana pola kehidupan masyarakat di sana. </div><div><br /></div><div>Mayoritas masyarakat Kumalabaru bekerja sebagai petani yang hasil sawahnya tidak dijual dalam kuantitas besar pada cukong-cukong atau pengepul yang punya gudang-gudang raksasa. Para petani di sana hanya menjual hasil panennya sesuai kebutuhan biaya harian untuk keluarga sendiri. Namun demikian, jangan dibayangkan bahwa kehidupan masyarakat di dusun ini dan seluruh kehidupan di Pulau Bawean pada umumnya adalah kehidupan yang primitif. Masyarakat di sana sangat dekat dengan kemajuan teknologi yang berkembang. Sepeda motor, mobil, televisi, komputer, laptop, gadget dan simbol-simbol alat-alat modern lainnya merupakan hal yang biasa di Pulau Bawean dan tentunya begitu pula untuk masyarakat Kumalabaru. </div><div><br /></div><div>Satu hal yang spesial dari Dusun Kumalabaru adalah banyaknya sarjana dari berbagai perguruan tinggi di daratan Jawa. Banyak pemuda dan pemudi lulusan SMA atau Madrasah Aliyah yang kemudian melanjutkan pendidikan tinggi ke Pulau Jawa. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya banyak cendekiawan yang lahir dari Dusun Kumalabaru. Tapi pertanyaannya, apakah mereka mampu membangun dusun mereka? Sayang seribu sayang, orang-orang terpelajar itu kebanyakan enggan untuk kembali dan membangun tanah kelahiran mereka sendiri.</div><div>.......................</div><div>Kisah lengkap "Fajar yang Tak Kunjung Temukan Pagi" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXLR_P4p9QSUilfBweO6hhLJIteQ7LqiWnaEij3LJ5M6ISoFtctZnPoGKEeaBchD4XQ212eoG_UMq_wsL9J2fLzJljb1Gz46OoMtyOkXCDOJv3m-qwyq84GPT1J99slmx-jb5g6t8FHRA/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXLR_P4p9QSUilfBweO6hhLJIteQ7LqiWnaEij3LJ5M6ISoFtctZnPoGKEeaBchD4XQ212eoG_UMq_wsL9J2fLzJljb1Gz46OoMtyOkXCDOJv3m-qwyq84GPT1J99slmx-jb5g6t8FHRA/w443-h310/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="443" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-20282628438027513122021-06-11T16:09:00.002-07:002021-06-11T16:09:15.130-07:00Giat Inovasi Literasi Berbuah Prestasi<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Pak Arsana selalu berusaha untuk memaksimalkan keberadaan perpustakaan sekolah. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan buku-buku cerita koleksi perpustakaan sekolah dalam Kelas Sastra.” </i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- I Komang Arsana, M.Pd. -</b></p><div style="text-align: justify;"><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn34nYsSsyOlJXNljS1sRziPU7u6Ihkjor0wpRkACgkiEm491TNVjWQYdpgncz8d4xBlcEhLyOsrGUMvuLR6v2kw-97zajQAfrzgzrYsQfYwt6Gu6GncunesFs5Dpu_hNMjF-EGmCTuXc/s1536/a-12.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Giat Inovasi Literasi Berbuah Prestasi" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn34nYsSsyOlJXNljS1sRziPU7u6Ihkjor0wpRkACgkiEm491TNVjWQYdpgncz8d4xBlcEhLyOsrGUMvuLR6v2kw-97zajQAfrzgzrYsQfYwt6Gu6GncunesFs5Dpu_hNMjF-EGmCTuXc/w662-h356/a-12.png" title="Giat Inovasi Literasi Berbuah Prestasi" width="662" /></a></div><br />Rendahnya literasi bangsa kita disebabkan karena lemahnya minat serta kemampuan membaca dan menulis. Pada tahun 2012, UNESCO telah melakukan survei yang menunjukkan bahwa hanya 1 dari 1000 orang Indonesia yang membaca buku. Keadaan tersebut diperparah oleh survei yang dilakukan oleh Central Connecticut State University yang meletakkan Indonesia di peringkat 60 dari total 61 negara dalam hal minat baca. Sungguh sangat miris kalau kita melihat data tersebut.</div><div><br /></div><div>Kenyataan di atas memang menjadi cambuk bagi kita semua, dan kita patut berbangga hati pada sosok I Komang Arsana. Ia adalah sosok pegiat literasi sekolah yang berasal dari Desa Tinga-tinga, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Ia lahir 39 tahun silam, tepatnya pada tanggal 10 Mei 1981. </div><div><br /></div><div>Sosok yang lebih akrab disapa Pak Arsana dan alumni Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) pada tahun 2016 ini sudah sejak lama mencintai dunia anak. Kecintaannya terhadap anak-anak menggiring cita-cita besarnya untuk menjadi seorang guru pada jenjang sekolah dasar. Bak gayung bersambut, hal itu terwujud pada tahun 2005, ketika ia diangkat sebagai CPNS di salah satu sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Gerokgak tepatnya di Desa Pejarakan. </div><div><br /></div><div>Sebagai seorang guru, sekolah menjadi tempat baginya untuk mengembangkan literasi. Karena bagi Pak Arsana, literasi adalah hal yang sangat penting dan wajib dilaksanakan di sekolah, sebagai keterampilan dalam hidup. Selain itu, budaya literasi yang tertanam dalam diri siswa sangat mempengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. </div><div><br /></div><div>Sekolah sebagai lembaga pendidikan, bagi Pak Arsana harus mampu berinovasi dan berkreasi dalam menyusun program-program literasi yang bisa diterapkan di sekolah, agar kemampuan literasi siswa meningkat. Inilah yang dilakukan oleh Pak Arsana. Ia berhasil mengembangkan perpustakaan dan literasi di sekolahnya melalui inovasi brilian yang diterapkannya, seperti yang dikisahkan di bawah ini.</div><h3>Literasi Awal di SD Negeri 2 Pejarakan </h3><div>Kiprah Pak Arsana dalam memperjuangkan keterlaksanaan literasi di sekolah untuk para siswa sudah mulai terlihat di awal ia bertugas sebagai guru di SD Negeri 2 Pejarakan. Kecintaannya terhadap literasi sekolah ia gerakkan dengan memperkenalkan sastra kepada siswanya. Selain itu, ia berusaha memaksimalkan keberadaan perpustakaan sekolah dengan mengajak siswa untuk berkunjung ke perpustakaan. Ia juga memperkenalkan buku cerita bergambar dengan tujuan menarik keingintahuan siswa terhadap isi buku terutama bagi siswa kelas rendah.<span style="white-space: pre;"> </span></div><div><br /></div><div>Sejalan dengan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2015, yang mana dalam Permen tersebut pemerintah membuat sebuah Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Pak Arsana melakukan kegiatan literasi dengan membuat pojok baca pada kelas yang diajarnya, dengan menempatkan sebuah meja di pojok ruang kelas yang dilapisi taplak meja berwarna merah dan di atasnya dipajang beberapa buku cerita. </div><div><br /></div><div>Agar keberadaan pojok baca itu bermanfaat bagi siswa, Pak Arsana membuat program membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Selain kegiatan tersebut, ia juga memperkenalkan sastra kepada siswa melalui kegiatan bercerita dan berpuisi. Berkat kegiatannya itu, Pak Arsana mampu mengantarkan siswanya menjadi wakil kecamatan dalam Lomba Bercerita dan Cipta Puisi Tingkat Kabupaten beberapa tahun kemudian. </div><h3>Giat Literasi Sekolah di SD Negeri 2 Pengulon</h3><div>Pada tahun 2018, Pak Arsana diberikan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri 2 Pengulon. Sebagai kepala sekolah, ia memiliki peran yang penting terhadap prioritas pelaksanaan program sekolah. Gerakan Literasi Sekolah pun tetap menjadi salah satu program prioritas yang dipilih oleh Pak Arsana untuk diterapkan di sekolah yang dipimpinnya. </div><div>...........................</div><div>Kisah lengkap "Giat Inovasi Literasi Berbuah Prestasi" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJOivsgEh0l4KNY_z0xGloLg6VssxRAkrDjfZo7WaoVekunsejeXsJMw-SnJsx89ujXvZoXN7JEvLGIyt3QGud2JfD0T4Ikecye-6yj5t2cZeIsfuwQinDCWdtjhbL2xXkHuc9Sv_5h8M/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="309" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJOivsgEh0l4KNY_z0xGloLg6VssxRAkrDjfZo7WaoVekunsejeXsJMw-SnJsx89ujXvZoXN7JEvLGIyt3QGud2JfD0T4Ikecye-6yj5t2cZeIsfuwQinDCWdtjhbL2xXkHuc9Sv_5h8M/w441-h309/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" width="441" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-19989401552039682792021-06-10T18:38:00.004-07:002021-06-10T18:38:26.520-07:00Sanggar Anak Hebat: Nyalakan Lentera Literasi di Tengah Perkembangan Teknologi yang Semakin Pesat<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Ia saat itu belum mempunyai tempat tinggal sendiri dan masih mengontrak rumah. Setelah akhirnya menempati rumah pribadi, kegiatan Sanggar Baca Ceskha lalu dipusatkan di ruang tamu yang disulap sedemikian rupa menjadi basecamp.”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Henny Widyaning Fatmasari -</b></p><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><i><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSNslJSWjEf0x_bzaMLrvaxppo9vEJSW4z5OypKk8Chl_s2MJze5HJ3XNdPXQgjzNHyzy8YtVPbOrY6_tkZ-PYcdH8C7cYl0s697kOx9dDQklOsL1LVQhp3EtrWbDaXSJfTnXybnqVmpc/s1536/Henny-Widyaning-Fatmasari.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sanggar Anak Hebat: Nyalakan Lentera Literasi di Tengah Perkembangan Teknologi yang Semakin Pesat" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="357" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSNslJSWjEf0x_bzaMLrvaxppo9vEJSW4z5OypKk8Chl_s2MJze5HJ3XNdPXQgjzNHyzy8YtVPbOrY6_tkZ-PYcdH8C7cYl0s697kOx9dDQklOsL1LVQhp3EtrWbDaXSJfTnXybnqVmpc/w664-h357/Henny-Widyaning-Fatmasari.png" title="Sanggar Anak Hebat: Nyalakan Lentera Literasi di Tengah Perkembangan Teknologi yang Semakin Pesat" width="664" /></a></div><br />“Terpujilah mereka yang gigih sebarkan bahan bacaan, kepada mereka yang haus ilmu pengetahuan. Merekalah yang menyodorkan jendela dunia, agar anak-anak bangsa dapat berpikir seluas cakrawala.” (Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia)</i></div><div><br /></div><div>Siang itu di penghujung pekan, suasana di sebuah hunian tampak riuh dengan celoteh keriangan anak-anak. Di sudut ruangan, seorang perempuan muda berjilbab biru tengah menata alat-alat peraga edukatif dan buku-buku ke dalam sebuah rak susun. Sesekali pandangan matanya berkeliling mengawasi anak-anak yang terlihat asyik menikmati aktivitasnya.</div><div><br /></div><div>Namanya Ceskha Nur Rina, S.Pd., biasa dipanggil Mbak Ceskha. Beliau adalah seorang pendidik di TK Al-Irsyad 02 Cilacap sekaligus perintis Taman Belajar Masyarakat Sanggar Baca Ceskha dan Sanggar Anak Hebat. Walaupun sebenarnya dia tidak pernah mengkhususkan sanggarnya pada jenjang usia tertentu, profesinya sebagai seorang guru TK membuat orang-orang yang berkunjung ke sanggarnya sebagian besar adalah anak-anak usia sekolah.</div><div><br /></div><div>Bermula dari kegelisahan terhadap minat baca anak-anak yang rendah dan juga sebagai bentuk kepedulian pada anak-anak yang ingin memperoleh ilmu dengan membaca tetapi tidak mampu membeli buku, Mbak Ceskha mempunyai mimpi untuk mendirikan sebuah wadah literasi bagi masyarakat, utamanya menyasar pada target anak-anak.</div><div><br /></div><div>Mengapa anak-anak? Mbak Ceskha berpikir bahwa literasi menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam persaingan di era teknologi yang semakin maju. Tujuan akhirnya tidak sekadar mencetak generasi yang cerdas secara pengetahuan, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir logis dan kritis.</div><div><br /></div><div>Dengan kerjasama yang baik dari segenap praktisi pendidikan dan orangtua, gerakan Mbak Ceskha berpotensi menjadikan budaya literasi akan lebih maksimal. Pembiasaan literasi dapat dimulai sejak dini dan dari lingkungan terdekat. Oleh sebab itu, baginya, anak-anak adalah subjek yang tepat dalam mewujudkan generasi bangsa yang berbudaya literasi dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak ibarat selembar kertas putih yang masih kosong, maka tangan-tangan penulislah yang akan mengubahnya menjadi lebih berwarna.</div><div><br /></div><div>Sebelum memulai gerakan literasinya, Mbak Ceskha menempuh jenjang pendidikan S1 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang angkatan 2005. Sejak awal kuliah dia berusaha menyisihkan uang saku setiap bulan untuk membeli buku-buku. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Begitu prinsipnya waktu itu. Seiring berjalannya waktu, koleksi buku yang dimilikinya pun semakin bertambah. </div><div><br /></div><div>Setelah menikah, impian lawas Mbak Ceskha untuk memajukan literasi pun tak berubah dan ia berharap bisa segera mewujudkannya. Akhirnya, dengan izin dan dukungan kuat yang diberikan sang suami tercinta, pada awal bulan Desember 2019 berdirilah taman bacaan yang diberi nama Sanggar Baca Ceskha. Dinamakan demikian, karena pada saat itu program sanggar masih berfokus pada seputar cara menumbuhkan minat baca anak-anak.</div><div><br /></div><div>Awal pendirian, sanggar Mbak Ceskha terkendala akibat tidak tersedianya tempat yang memadai. Ia saat itu belum mempunyai tempat tinggal sendiri dan masih mengontrak rumah. Setelah akhirnya menempati rumah pribadi, kegiatan Sanggar Baca Ceskha lalu dipusatkan di ruang tamu yang disulap sedemikian rupa menjadi basecamp. Hingga kini, sanggar masih menempati ruangan berukuran 3x4 meter persegi tersebut.</div><div>.........................</div><div>Kisah lengkap "Sanggar Anak Hebat: Nyalakan Lentera Literasi di Tengah Perkembangan Teknologi yang Semakin Pesat" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKQYnlFLiT-ShZ-7d6a5A0Mxn056_kXqGa6ZRFPGlGqg9kIO7wYm8HZE6-pCApY-I7LpAwxSL7WLFXj3wVMSakdtv9ZBtjf7wg15BEX6PrrQXCoW5Ip34LWJeyoAhk8WJEor3I9WqbqD8/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKQYnlFLiT-ShZ-7d6a5A0Mxn056_kXqGa6ZRFPGlGqg9kIO7wYm8HZE6-pCApY-I7LpAwxSL7WLFXj3wVMSakdtv9ZBtjf7wg15BEX6PrrQXCoW5Ip34LWJeyoAhk8WJEor3I9WqbqD8/w437-h306/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="437" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-75565134281147740202021-06-10T05:11:00.008-07:002021-06-10T05:11:58.484-07:00Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Ia seringkali bermain ‘sekolah-sekolahan’ bersama teman-teman yang lebih kecil tingkatan kelasnya. Ia mengajari membaca, menulis, dan bermain bersama. Bahkan ia sering menyisihkan uang jajannya demi membeli kapur atau meng-copy beberapa kertas untuk bacaan bersama teman yang lain.”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Gilang Nanda Permana Widodo -</b></p><div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4c79BIyDjvh65IAWcl4nNDiAquDYMKUq-vQA93jLCkp7odIlqhecQOe3pI7dWfPbZOFVQs8k6irQdUa6PLnJrH-RE2EMQQ2YlPPUP-3z7d_0XNUoG21teDLyRJyWdPiZSJbGj58qN-A0/s1536/5-12.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4c79BIyDjvh65IAWcl4nNDiAquDYMKUq-vQA93jLCkp7odIlqhecQOe3pI7dWfPbZOFVQs8k6irQdUa6PLnJrH-RE2EMQQ2YlPPUP-3z7d_0XNUoG21teDLyRJyWdPiZSJbGj58qN-A0/w662-h356/5-12.png" title="Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai" width="662" /></a></div><br />Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki minat rendah dalam membaca. Hal ini dibuktikan dari riset yang berjudul World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University dan menyatakan bahwa Negara Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara mengenai minat membaca. Namun, di balik fakta yang memilukan ini, terdapat banyak kisah inspiratif pejuang literasi di seluruh Indonesia yang sangat peduli terhadap literasi atau minat baca masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ini adalah kisah tiga pejuang aksara dari Perpustakaan Panuntun Desa Ketitangkidul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, yang memiliki prinsip dan tujuan yang sama, yaitu menumbuhkan budaya literasi di kalangan masyarakat desa. Ketiga tokoh tersebut adalah Yusuf Bahtiar, Muammar Kadavi, dan Gilang Nanda Permana Widodo, yang akan diceritakan berikut ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Yusuf Bahtiar, Si Maniak Literasi dari Desa</h3><div style="text-align: justify;">Yusuf Bahtiar, seorang pemuda yang memiliki nama panggung Yusuf Andrea ini, sedari kecil memiliki pemikiran yang terbuka terhadap permasalahan literasi dan pendidikan. Memiliki latar belakang sebagai kakak tertua dari lima bersaudara, sejak kecil ia ingin menjadi orang yang berhasil dan sukses membanggakan kedua orangtuanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Masa kecil hingga remaja dihabiskan Yusuf untuk selalu belajar dan berproses. Setiap hari dia mampu menghabiskan empat hingga lima buku tebal, apapun jenisnya. Hingga pada suatu hari ia berpikir untuk mengajak orang sekitar agar senang membaca buku seperti dirinya. Namun, bukan pujian yang didapatkan, dirinya justru mendapatkan keacuhan dan penolakan dari teman dan orang di sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Memang berat mendapat penolakan dan ujian. Namun tujuan saya tidak pernah berubah untuk menumbuhkan budaya gemar membaca di kalangan masyarakat desa.” Ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Walaupun mendapatkan penolakan, dirinya tetap melanjutkan tujuan dan cita-citanya itu melalui dirinya sendiri. Ia tetap melanjutkan kegemaran membacanya walaupun sering mendapat ujaran kebencian dari teman sebayanya, bahkan setelah memasuki masa remaja dirinya juga tidak jarang menciptakan cerita pendek atau sajak-sajak puisi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menginjak dewasa, ia mulai merambah ke luar desa untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia literasi. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dalam organisasi Gerakan Perpustakaan Anak Nasional Regional Pekalongan. Upaya ini ia lakukan karena di desa tidak memiliki wadah ataupun organisasi yang berkaitan dengan literasi. Dirinya pun selalu bermimpi agar suatu hari dapat mendirikan organisasi itu di desanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Muammar Kadavi, Pegiat Literasi Berbasis Religi</h3><div style="text-align: justify;">Muammar Kadavi, atau akrab dipanggil David merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Kabupaten Pekalongan. Karena tidak terlalu jauh dari rumah, ia memutuskan untuk laju atau pulang-pergi dari rumah ke kampus. Di desa, dirinya aktif dalam kegiatan religi, seperti IPNU, Durror, dan Ikatan Remaja Masjid.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hingga pada tahun 2018, dirinya terpilih menjadi Ketua Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU). Selama masa kepemimpinannya, David adalah seorang yang bertanggungjawab dan sangat peduli terhadap anggotanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu, bagaimana perannya dalam bidang literasi? Kisahnya dimulai sejak dirinya masuk atau bergabung dalam IPNU, terutama setelah dirinya menjabat sebagai ketua. Ia sedikit sedih melihat anak-anak usia belia yang tidak peduli dengan pendidikan. Mereka hanya peduli dengan bermain, bermain, dan bermain, tidak ada masa yang digunakan untuk membaca buku.</div></div><div style="text-align: justify;">........................</div><div style="text-align: justify;">Kisah lengkap "Tiga Serangkai: Dengan Buku Asa Tercapai" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="315" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPL0B9zrToKxM02emSp1aqDJsC4WqM9TWqUkhNuXLtEcaSwjAeMkV97T8ieKsKBoaY1BbCfUX9jI7tu479bsyE_wJoUcb8QNCZjO0Y86hId1gF5A2tIQ9SXcj-kv3fKsDxyKDdr4pA8PM/w450-h315/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="450" /></a></span></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-22418484046918579252021-06-09T21:38:00.000-07:002021-06-09T21:38:00.676-07:00Literasi Berbuah Prestasi<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> “Dengan bermodalkan ratusan koleksi buku yang dimiliki bersama istri, karena passion memang sama dengan pecinta buku, muncullah ide untuk membangun taman baca masyarakat di rumah, yang memberikan fasilitas membaca dan peminjaman buku secara gratis semua orang tanpa syarat.”</span></span></i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">-Fitri Yanti-</span></span></b></p><div style="text-align: justify;"><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFisgvlPaFy2NM703wji-EmD43o4jLX6H7RWjHPqRwHBACeXCMxAmOlOSHy3zzkH-sp35hPqZbivPsI5zBS-b4496sFEESWnqDOL18dQSmQNIo2rvy9y_RFtewtlsGK6GnOoTHzH3zCQ/s1536/Literasi-Berbuah-Prestasi-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Literasi Berbuah Prestasi" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="353" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFisgvlPaFy2NM703wji-EmD43o4jLX6H7RWjHPqRwHBACeXCMxAmOlOSHy3zzkH-sp35hPqZbivPsI5zBS-b4496sFEESWnqDOL18dQSmQNIo2rvy9y_RFtewtlsGK6GnOoTHzH3zCQ/w657-h353/Literasi-Berbuah-Prestasi-1.png" title="Literasi Berbuah Prestasi" width="657" /></a></div><br />Tanganku hampa. </span><span style="vertical-align: inherit;">Aku pulang tanpa membawa piala atau piagam apapun hari itu, ketika mendampingi siswa mengikuti Festival Literasi Sekolah di SMK Tenaga Kerja Pekanbaru. </span><span style="vertical-align: inherit;">Namun di sisi lain, ternyata saat itu menjadi skenario yang indah dan penuh hikmah. </span><span style="vertical-align: inherit;">Moment perjumpaan dengan Bu Winarni, pengurus FTBM Riau yang menghantarkanku mengenal sosok pejuang literasi di Bumi Sri Gemilang Indragiri Hilir, Pak Ridwan. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">“Baiklah Bu, Insya Allah saya akan menghubungi beliau”, ucapku kepada Bu Wina setelah melalui perbincangan dan saya meminta kontak Pak Ridwan. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">“Jika ingin membuka taman baca, hubungi saja beliau, ya, Bu! </span><span style="vertical-align: inherit;">Begitu juga dengan informasi donasi buku dan sebagainya.” </span><span style="vertical-align: inherit;">Begitulah kira-kira akhir percakapanku dengan Bu Wina, siang hari sebelum perpisahan kami di SMK Labor tersebut.</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Kebuntuan yang masih bergelut dalam pikiranku membuka taman baca kini mulai menemukan jalan terang. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dengan mengenal TBM Hamfara Library yang didirikan Pak Ridwan, pikiranku terbuka untuk memberanikan diri berbagi sesama dalam dunia literasi.</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Kontribusi Pak Ridwan dalam memperjuangkan literasi di Negeri Seribu Jembatan ini telah menebar banyak manfaat dan inspirasi bagi sekitar. </span><span style="vertical-align: inherit;">Berapa banyak orang yang rela mengorbankan hari liburnya hanya untuk membuka lapak membaca di tempat umum? </span><span style="vertical-align: inherit;">Berapa banyak yang ingin menyulap rumahnya menjadi taman baca yang bisa meminjamkan buku gratis untuk dibaca khalayak? </span><span style="vertical-align: inherit;">Berapa banyak yang rela mengorbankan waktu membawa gerobak berisi buku sekolah-sekolah untuk dibaca anak-anak? </span><span style="vertical-align: inherit;">Tentu langka bukan?</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Pak Ridwan salah satu sosok yang mampu melakukan itu semua. </span><span style="vertical-align: inherit;">Sepak terjang beliau berawal dari keinginan menumbuhkan kembali minat baca masyarakat, terutama anak-anak, yang saat ini telah menurun di tengah gempuran teknologi yang semakin massif. </span><span style="vertical-align: inherit;">Anak-anak sekarang lebih suka setiap hari dengan berselancar ke dunia maya melalui gawai yang dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif jika tidak dibatasi dan diatur waktunya. </span><span style="vertical-align: inherit;">pada dasarnya internet ini memang tidak selalu memberikan dampak buruk. </span><span style="vertical-align: inherit;">berita, di era ini kita juga perlu melek literasi digital. </span><span style="vertical-align: inherit;">Jadi, semua tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.</span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Dengan bermodalkan ratusan koleksi buku yang dimiliki bersama istri, karena passion memang sama yaitu pecinta buku, muncullah ide untuk membangun taman baca masyarakat di rumah, yang memberikan fasilitas membaca dan peminjaman buku secara gratis kepada semua orang tanpa syarat. </span><span style="vertical-align: inherit;">Taman baca itu kemudian diberi nama "Perpustakaan Hamfara". </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Hamfara berasal dari Bahasa Banjar, bahasa yang mayoritas di Tembilahan Riau selain Bahasa Melayu. </span><span style="vertical-align: inherit;">Hamfara berasal dari dua kata yaitu "hamfar/hampar" dan "ha'". </span><span style="vertical-align: inherit;">Hamfar atau hampar berarti membentangkan, sementara ha bermakna seperti “nada suruhan terhadap sesuatu/seseorang”. </span><span style="vertical-align: inherit;">Jadi, "hamfara" berarti "membentangkan sesuatu". </span><span style="vertical-align: inherit;">Maksudnya, dari kata tersebut kurang lebih seperti orang-orang yang jualan dan membentangkan barang jualannya. </span><span style="vertical-align: inherit;">Dengan demikian, maksud dari nama-nama bacaan yang dikelola tersebut juga berarti membentangkan buku-buku di keramaian untuk dibacakan oleh orang lain secara gratis. </span></span></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><br /></span></span></div><div>Dalam kegiatan perdananya, setiap akhir pekan Pak Ridwan bersama sangat istri membuka lapak baca gratis di Ruang Terbuka Hijau Sri Gemilang, Jalan Swarna Bumi Kota Tembilahan. Berbagai jenis buku, baik untuk anak-anak maupun dewasa, dihamparkan di atas karpet sederhana dan diberi tulisan “BACA GRATIS”.</div><div><br /></div><div><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">awalnya mereka dikira hanya menjual buku. </span><span style="vertical-align: inherit;">Orang-orang pun enggan mendekat untuk sekedar singgah atau melihat-lihat. </span><span style="vertical-align: inherit;">Namun seiring berjalannya waktu, yang berkunjung dan mau membaca buku sudah mulai banyak. </span><span style="vertical-align: inherit;">Hal ini menimbulkan kebahagiaan tersendiri bagi Pak Ridwan saat menyaksikan anak-anak dan orangtuanya serta pengunjung lain menikmati buku sambil bersantai dan liburan di Taman Kota yang asri. </span></span></div><div>............................</div><div>Kisah lengkap "Literasi Berbuah Prestasi" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL6I5mjhgBP_Wl03JXpAv9eeGZ6wsNRXJCAPm2X-keX7Qiknt2w58LPhgvBWLwrbWc6QvASCw2s63ycP49RBDRWIFTMWYIHUvbeQnt1D4fGlHdx1xB41cfcX-KJG2qrF2leTqvbSK0pDE/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="314" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL6I5mjhgBP_Wl03JXpAv9eeGZ6wsNRXJCAPm2X-keX7Qiknt2w58LPhgvBWLwrbWc6QvASCw2s63ycP49RBDRWIFTMWYIHUvbeQnt1D4fGlHdx1xB41cfcX-KJG2qrF2leTqvbSK0pDE/w448-h314/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="448" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-44962438619649762122021-06-09T06:53:00.002-07:002021-06-09T06:53:07.279-07:00Menggugah Budaya Baca di Keluarga<blockquote style="border: none; margin: 0 0 0 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Di akhir semester, salah seorang orangtua siswa bertanya, ‘Pak, anak saya tuh, ngga seneng baca, dia paling malas kalo saya suruh baca. Tapi kenapa beberapa waktu lalu, saya lihat dia asyik membaca buku ‘The Hobbit’ dan bisa tuntas dalam waktu sepekan?’”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Donny Safari -</b></p><div><h3 style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhSg0tcuOjCGBTezRDDeuriJXfE2R6iiKw2FSXMp1cH2_5bvsCAu8KyX37xEgEcbvwdwhZzCFm6KbwylE8GNHNPJ-glmiT78B9gsJApTuoXoTTZkPwc3xgXooueHAdfT0egibcWbTqwso/s1536/5-11.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Menggugah Budaya Baca di Keluarga" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="344" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhSg0tcuOjCGBTezRDDeuriJXfE2R6iiKw2FSXMp1cH2_5bvsCAu8KyX37xEgEcbvwdwhZzCFm6KbwylE8GNHNPJ-glmiT78B9gsJApTuoXoTTZkPwc3xgXooueHAdfT0egibcWbTqwso/w641-h344/5-11.png" title="Menggugah Budaya Baca di Keluarga" width="641" /></a></div><br />Kisah Awal Mang Idon</h3><div style="text-align: justify;">Nama aslinya adalah Donny Safari. Tapi bila berkegiatan di Hayu Maca, ia biasa dipanggil Mang Idon, sebuah panggilan khas Sunda (Mang atau Mamang adalah sebutan orang Sunda untuk paman). Ia lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Padjadjaran. Walaupun berlatar pendidikan perpustakaan, ia tidak pernah benar-benar bekerja sebagai pustakawan. Pengalamannya terjun ke dunia perpustakaan hanya sebentar saja, itu pun terjadi karena ada permintaan dari sebuah sekolah dasar swasta di wilayah Bandung Barat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nasib malah membawanya menekuni bidang kerja yang tidak pernah dia impikan sebelumnya, yaitu menjadi guru. Sekitar tahun 2006, sekolah yang tadinya meminta bantuan merancang perpustakaan, kali ini memintanya menjadi guru Bahasa Inggris, menggantikan guru yang keluar dari sekolah tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Karena sistem pendidikan, metode penyampaian materi ajar, dan nuansa pendidikan yang dibangun di sekolah tersebut berbeda dan menantang, maka ia memberanikan diri menerima tawaran menjadi guru. Sejak itulah petualangan di dunia pendidikan yang kelak berlanjut di dunia literasi pun ia mulai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berawal saat harus mengajar bidang studi IPS, Mang Idon kebingungan dengan keharusan menanamkan nilai-nilai sosial kepada anak-anak didiknya. Setelah memikirkan berbagai kemungkinan metode penyampaian, akhirnya ia memilih mendongeng sebagai cara menyampaikan pesan-pesan moral dalam pelajaran IPS tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keterampilan mendongeng pun semakin terasah, saat Mang Idon dipercaya menjadi wali kelas/manajer kelas, di mana selain bertugas mengajar, Mang Idon juga diharuskan memantau perkembangan life skill dan akademik siswa-siswi di kelasnya. Beragam kejadian di kelas, segala issue yang muncul, biasanya dibahas minimal seminggu sekali, diobrolkan bareng anak-anak di kelasnya. Segala aktivitas, kesulitan, perkembangan anak-anak didiknya di rumah juga didiskusikan Mang Idon beserta para orangtua yang diperbolehkan menghubunginya, terutama jika mendapat kesulitan dalam belajar, atau mendapati permasalahan yang perlu masukan dari guru. Minimal, wali kelas dan guru berdiskusi setiap 3 bulan sekali di momentum bagi laporan perkembangan anak (bagi raport, di mana orangtua diundang hadir di sekolah dan berkesempatan berdiskusi dengan wali kelas mengenai putra-putrinya masing-masing).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menjadi wali kelas membuat Mang Idon lebih mengamati keseharian anak, dilihatnya beragam fenomena yang muncul di kelasnya, seperti anak yang tidak percaya diri, anak yang tidak punya kedekatan dengan orangtuanya, anak-anak yang berkelompok (geng-gengan), dan sebagainya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fenomena di anak-anak inilah yang kemudian menginspirasi Mang Idon untuk mendongeng rutin di kelas. Dongeng yang dituturkan sesuai dengan issue terhangat yang terjadi di kelas. Dongeng rutin ini akhirnya mempunyai 2 tujuan. Tujuan pertama untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan yang kedua mengajak anak lebih mau membaca, membaca buku dongeng yang disampaikan. Misalnya, saat diketahui beberapa anak tidak akur sama adik/kakaknya, maka Mang Idon mendongengkan “Mahabharata” atau “The Chronicles of Spiderwick”, yang berasal dari serial buku yang kemudian dibuat filmnya. Jadi, beragam dongeng dan kisah disampaikan, sesuai kejadian seru di kelas. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seringkali dongeng tidak dituntaskan oleh Mang Idon secara sengaja agar anak-anak mau membacanya sendiri. Akhirnya, pancingan dengan cara ini berhasil, beberapa anak yang senang mendengarkan dongeng terpaksa menamatkan dongeng yang disampaikan dengan cara membaca sendiri bukunya. Metode ini akhirnya dijadikan tugas rutin hampir di setiap akhir pekan. Di setiap hari Jumat menjelang pulang sekolah, Mang Idon membawa setumpuk buku dari perpustakaan, beragam jenis, fiksi & non fiksi, diusahakan yang berkait dengan minat-bakat siswa-siswinya di kelas. Buku-buku tadi kemudian dia tumpuk di mejanya, kemudian satu persatu buku-buku tadi dia tunjukkan dan dia paparkan apa isinya, “Buku ini tentang anak asal Korea yang hanya memiliki 2 jari di masing-masing tangannya, tapi dia mampu menjadi pianis Internasional. Buku ini tentang kehidupan Christiano Ronaldo, pemain sepakbola dengan gaji miliaran per pekan. Buku ini tentang kisah sahabat Rosul yang sudah mendapat jaminan surga. Buku ini tentang berbagai dongeng dari negeri Jepang, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu anak-anak dipersilahkan memilih buku yang akan mereka baca selama akhir pekan, mereka pun berebut, terutama anak-anak yang memiliki hobi sama. Hobi main bola misalnya, mereka akan berebut buku biografi Christiano Ronaldo, sehingga akhirnya buku itu “full booked” sampai beberapa pekan ke depan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di akhir semester, salah seorang orangtua siswa bertanya, “Pak, anak saya tuh, ngga seneng baca, dia paling malas kalo saya suruh baca. Tapi kenapa beberapa waktu lalu, saya lihat dia asyik membaca buku “The Hobbit” dan bisa tuntas dalam waktu sepekan?”. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertanyaan itulah yang kelak menguatkan Mang Idon bahwa untuk membuat seseorang mau membaca, diperlukan adanya pemantik agar orang tahu apa isi dari sebuah buku. Jika seseorang menganggapnya bermanfaat atau sesuai dengan minat dan bakat yang dibutuhkannya, maka buku itu akan dia cari dan dia baca. Hal ini diperkuat dengan postingan youtube dari Pandji Pragiwaksono tentang minat baca. Panji menyatakan bahwa yang perlu orangtua lakukan untuk meningkatkan minat baca adalah; ketahui terlebih dahulu apa minat putra-putrinya. Setelah itu baru siapkan buku-buku yang sesuai dengan minat atau bakatnya tadi. Maka buku-buku yang disediakan di rumah pasti akan dilalap habis tanpa perlu banyak disuruh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di pertengahan tahun 2016, teman kerja Mang Idon yang bernama Kak Asri meminta Mang Idon beserta istri (yang juga bekerja sebagai psikolog di sekolah yang sama) untuk melanjutkan lapak baca yang telah dirintisnya dan dijalankan setiap hari Minggu selama kurang lebih satu bulan di Taman Kartini-Cimahi, sebuah taman nan asri yang seringkali dikunjungi warga Cimahi dan sekitarnya pada saat akhir pekan. Kak Asri meminta Mang Idon dan istri (Bi Ukie) meneruskan buka lapak baca karena Kak Asri mengikuti program Indonesia Mengajar dan harus bertugas di Banggai, Sulawesi, selama setahun penuh. Ia merasa sayang apabila lapak bacanya kemudian ditutup karena beberapa orang sudah jadi pelanggan di sana, dan Kak Asri melihat bahwa lapak baca ini sangat potensial untuk berkembang mengingat sarana baca di Cimahi masih minim. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah beberapa kali ikutan Buka Lapak, akhirnya Mang Idon dan Bi Ukie menyanggupi untuk melanjutkan lapak baca yang untuk sementara waktu ditinggalkan Kak Asri. Sebelum menunaikan tugasnya, Kak Asri banyak menghabiskan waktunya berdiskusi bareng Mang Idon dan Bi Ukie. Mereka merancang konsep lapak baca yang entah bagaimana caranya bisa menarik banyak orang mendekat ke lapak mereka. Tidak hanya yang memiliki hobi membaca, tetapi yang tidak suka membaca pun harus didekatkan ke buku. Salah satu pertimbangannya adalah; di lapangan (maksudnya di kelas) Mang Idon, Kak Asri dan Bi Ukie melihat anak-anak di sekolah mereka sangat sedikit yang senang membaca, program pemerintah berupa 15 menit membaca sebelum masuk kelas pun dianggap belum mampu mendongkrak minat baca, bahkan menjadi siksaan bagi anak-anak apalagi mereka yang tipe belajarnya kinestetik dan disleksia. Artinya, program peningkatan minat baca harus memiliki aktivitas yang lebih variatif.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah beberapa waktu lamanya berdiskusi, akhirnya muncullah ide membuat sebuah lapak baca yang kuat marketing-nya. Idenya adalah di setiap lapak harus ada kegiatan yang bisa menarik pengunjung. Salah satu kegiatan yang dianggap sebagai penarik pengunjung adalah mendongeng, agar dapat menarik anak-anak. Selain itu, terdapat juga sesi berbagi hobi, hobi apapun, yang kemudian dinamakan sesi “Babagi Kabisa” untuk menarik para orangtuanya. Inilah konsep yang kemudian menjadi cikal bakal gerakan Hayu Maca yang mulai dilaksanakan resmi bernama “Hayu Maca” sejak 16 Oktober 2016.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;">Gerakan Hayu Maca</h3><div style="text-align: justify;">Kegiatan literasi yang pertama kali dan rutin dilakukan Hayu Maca adalah Lapak Baca setiap Ahad di Taman Kartini Cimahi, taman yang lokasinya sangat strategis, serta ramai dikunjungi warga Cimahi dan sekitarnya setiap akhir pekan. Pengumuman disebarkan melalui flier kegiatan di pertengahan pekan yang berisi iklan Lapak Baca Hayu Maca beserta info tentang dongeng dan “Babagi Kabisa”. </div></div><div>..................</div><div>Kisah lengkap "Menggugah Budaya Baca di Keluarga" dapat anda baca di buku<a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/"> Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg80HqgOnNA62cMtOdZWwkr4yNhM_-N7sdEW3iAU_0QFFTbb0tx9sF6bqtBE0LO8TtgxGMjHMQGso_JKtkSTuUN3y5I0n34-WlTqT-9EAXsiycPgXIEr3uq9rgFY_p7o0P4V3D9sfdmsE/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi." border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="309" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg80HqgOnNA62cMtOdZWwkr4yNhM_-N7sdEW3iAU_0QFFTbb0tx9sF6bqtBE0LO8TtgxGMjHMQGso_JKtkSTuUN3y5I0n34-WlTqT-9EAXsiycPgXIEr3uq9rgFY_p7o0P4V3D9sfdmsE/w442-h309/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi." width="442" /></a></div><br /><div><br /></div>Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-15958914259383019362021-06-08T22:44:00.006-07:002021-06-09T07:03:48.041-07:00Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku<blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Di toko buku itu, Tokoh Aku selalu menghabiskan waktunya untuk membaca, sambil duduk lesehan di pojok ruangan. Matanya tidak hanya fokus ke buku, namun sesekali mengamati sekitar. Sebab, jika sedang sial, ada Satpam toko buku yang memaksanya berhenti membaca buku lantas mengusirnya.”</i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Dimas Indiana Senja -</b></p><div style="text-align: justify;"><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtGsNluqcqk2B6kNOsTyRm4k-evFx0uuHkZsj9PkViOKE8Fbk4QMHeVMW85foDLlweL31eBRLacXvHM7VHS-ratULKGirxtsrfrIKjNF-iK29PPml22h82D8dB0t77nvFtm1MOp6YoKeQ/s1536/5-9.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtGsNluqcqk2B6kNOsTyRm4k-evFx0uuHkZsj9PkViOKE8Fbk4QMHeVMW85foDLlweL31eBRLacXvHM7VHS-ratULKGirxtsrfrIKjNF-iK29PPml22h82D8dB0t77nvFtm1MOp6YoKeQ/w663-h356/5-9.png" title="Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku" width="663" /></a></div><br /><div style="text-align: center;"><i>Sebuah kisah memang tidak hanya diawali dengan “pada suatu hari”, tetapi juga “jika kelak aku menjadi”. Maka dengan inilah, seorang Tokoh Aku berkisah mengenai beberapa fragmen hidupnya yang tak pernah lepas dari buku.</i></div></div><div><br /></div><div>Tokoh Aku maju ke panggung. Hatinya bergemuruh. Jantungnya berdetak tidak karuan. Kepalanya dipenuhi banyak hal yang berkelebat membayang. Tokoh Aku tidak percaya jika hari itu menjadi hari yang mengubah hidupnya. Sekian banyak pertanyaan muncul di benaknya yang entah harus ditujukan kepada siapa(?). </div><div><br /></div><div>Langkahnya pelan, sepelan Tokoh Aku mencoba bersikap biasa. Tapi gemuruh tepuk tangan dari berbagai sudut ruangan membuatnya terus diburu kecanggungan. Tokoh Aku masih belum bisa percaya bahwa ketekunannya selama ini mengantarkannya mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Kota Brevhecasta.</div><div><br /></div><div>Penghargaan itu memang tidak pernah sekalipun terlintas di kepala Tokoh Aku. Selama ini, Tokoh Aku mengerjakan apa yang sekiranya baik menurut hati kecilnya. Tokoh Aku tidak pernah menghiraukan kalimat-kalimat pedas yang sering datang berkunjung ke telinganya. Tokoh Aku adalah seorang yang cuek. Tokoh Aku sudah selesai dengan dirinya. Untuk itulah, Tokoh Aku tegar tetap menjalani hari-hari sebagai pegiat literasi.</div><div><br /></div><div>Tokoh Aku sudah berdiri di panggung. Di depannya ada puluhan orang yang menatap matanya. Beberapa di antaranya dengan mulut yang bergerak-gerak tampak penuh makanan, meski matanya fokus ke depan. Beberapa sedang menyiapkan layar kamera yang siap merekam, memfoto, atau sekadar membuat status di media sosial dengan caption kurang lebih “Inilah pemeroleh penghargaan pemuda berprestasi dan berdedikasi kali ini”.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;">***</div><h3>2008</h3><div>Si Tokoh Aku adalah seorang anak biasa, dengan nasib biasa, dan kehidupan yang biasa. Tokoh Aku memulai perkenalan dengan buku sejak kuliah semester satu di Kota Purvhacasta. Setiap hari, Tokoh Aku mengayuh sepeda sekira 2,3 KM dari pesantren ke kampus. </div><div><br /></div><div>Sepulang kuliah, Tokoh Aku tidak serta merta pulang ke pesantren sebagaimana teman-temannya yang lain. Tokoh Aku melanjutkan kayuhan sepedanya sekitar 2,3 KM lagi menuju arah selatan ke sebuah toko buku. Satu-satunya toko buku di Kota Purvhacasta. </div><div><br /></div><div>Di toko buku itu, Tokoh Aku selalu menghabiskan waktunya untuk membaca, sambil duduk lesehan di pojok ruangan. Matanya tidak hanya fokus ke buku, namun sesekali mengamati sekitar. Sebab, jika sedang sial, ada Satpam toko buku yang memaksanya berhenti membaca buku lantas mengusirnya. Tokoh Aku memang penggila buku, tetapi lantaran keadaan ekonomi, Tokoh Aku hanya bisa membaca saja.</div><div><br /></div><div>Itu pun sudah ada puluhan novel dan buku pengembangan diri yang sudah dikhatamkan secara diam-diam. Toko buku itu adalah rumah kedua baginya. Sebab, Tokoh Aku tidak bisa merasakan kenyamanan selain di toko buku yang lengang dan dingin. Sementara di pesantren, Tokoh Aku berkelindan dengan keruwetan, kamar yang sempit, ruangan yang tidak rapi, dan suara bising yang muncul dari setiap pintu kamar. </div><div><br /></div><div>Itu yang membuatnya tidak bisa menikmati baca buku dengan tenang. Sementara di toko buku, Tokoh Aku bebas memilih buku mana pun yang ingin dibaca. Saking seringnya Tokoh Aku ke toko buku itu, Tokoh Aku sampai paham letak buku sesuai genrenya, penulisnya, bahkan jilid dan edisi revisinya. Persis seperti karyawan toko buku.<span style="white-space: pre;"> </span></div><div><br /></div><div>Setiap berkunjung ke toko buku, Tokoh Aku senantiasa melihat biodata para penulis buku. Dari sana Tokoh Aku mendapat suntikan semangat agar kelak namanya muncul di sampul buku. Seringkali Tokoh Aku tertawa geli membayangkan namanya muncul di buku best seller. Terbayang betapa bahagianya menjadi seorang penulis buku sehingga saat orang-orang ke toko buku akan mencari sebuah buku yang ditulis oleh “Tokoh Aku”.</div><div><br /></div><div style="text-align: center;">***</div><div><br /></div><h3>2011</h3><div>Sudah sekian banyak buku yang berhasil dikhatamkan, Tokoh Aku bertekad menjadi penulis. Tokoh Aku jatuh cinta kepada puisi. Baginya, puisi adalah makhluk paling indah di muka bumi. Puisi adalah semesta itu sendiri. Tokoh Aku belajar menulis puisi langsung kepada para sastrawan terkenal. Tokoh Aku begitu sering berkunjung ke rumah para sastrawan itu, hanya untuk belajar menulis.</div><div>......................</div><div>Kisah lengkap "Tokoh Aku yang Berkelindan dengan Buku" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi</a>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxybYI12BND0RELeikka1n5jaREzfqc1IRMi5kz9TkXj61Ayw6W0ntUHIBnyps6f9eFMjwwHlLDoBSoCxiwDkMvpOvZzTiCP4XUwm7iUfTB2Js3Nm8gNd3oPVSVHwmdWm1dVPX2RzqmtI/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi" border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="314" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxybYI12BND0RELeikka1n5jaREzfqc1IRMi5kz9TkXj61Ayw6W0ntUHIBnyps6f9eFMjwwHlLDoBSoCxiwDkMvpOvZzTiCP4XUwm7iUfTB2Js3Nm8gNd3oPVSVHwmdWm1dVPX2RzqmtI/w449-h314/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi" width="449" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-7516985382469498772021-06-07T23:15:00.007-07:002021-06-07T23:23:35.392-07:00Taufik Hidayat: Pejuang Literasi dari Kota Tape<p><i> “Gerobak Kopi Literasi milik Taufik pun mengalami pasang surut. Pernah suatu ketika Taufik hampir mengalami kebangkrutan. Dia hampir jatuh pailit. Itu semua terjadi saat Taufik terlalu fokus dan asyik mengurusi Gerobak Kopi Literasi-nya.”</i></p><p style="text-align: center;"><b>- Abduh -</b></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxYLF-85fEHxHftsRBe2vNPEs_WZCWrBpgHiLmO4nGn5xNFpgi2Sqpo9qrd-AilTo8JZasDrIc1aTemSxvQWiEC8LIJrzW-UJ7zVi8gdDwhoFnn1hmyspmOqIrB6aLBASNSkI_DDoQMSQ/s1536/Taufik-Hidayat-Pejuang-Literasi-dari-Kota-Tape-1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Taufik Hidayat: Pejuang Literasi dari Kota Tape" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="350" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxYLF-85fEHxHftsRBe2vNPEs_WZCWrBpgHiLmO4nGn5xNFpgi2Sqpo9qrd-AilTo8JZasDrIc1aTemSxvQWiEC8LIJrzW-UJ7zVi8gdDwhoFnn1hmyspmOqIrB6aLBASNSkI_DDoQMSQ/w650-h350/Taufik-Hidayat-Pejuang-Literasi-dari-Kota-Tape-1.png" title="Taufik Hidayat: Pejuang Literasi dari Kota Tape" width="650" /></a></div><br />Namanya memang tidak semasyhur para tokoh pejuang literasi angkatan tua semacam Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer, serta tidak terkenal seperti esais terkemuka semacam Goenawan Muhammad dan pewarta senior Jawa Pos, Dahlan Iskan, yang kiprahnya tak perlu dipertanyakan lagi. Tapi, kiprah Taufik Hidayat layak ditulis sebagai prasasti untuk mengapresiasi pengabdiannya dalam dunia literasi.<p></p><p style="text-align: justify;">Taufik Hidayat yang akrab disapa Mas Taufik adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Semua kakaknya memiliki aktivitas yang berbeda. Ada yang kompeten di bidang entrepreneurship, dan ada yang kompeten di bidang desain Vektor. Sedangkan ia sendiri hari ini kompeten dalam dunia literasi.</p><p style="text-align: justify;">Sebelum jatuh cinta pada dunia literasi, Taufik adalah anak muda yang memiliki tekad kuat dalam mengadu nasib di Sumatera Barat, yaitu di daerah Padang. Sejak tahun 2007, ia memulai hidupnya di perantauan. Di perantauan inilah Taufik terbentuk menjadi sosok yang cinta literasi. Ia mulai suka membaca buku, itu pun lantaran dipengaruhi temannya yang bernama Michael Tawalujan yang memiliki kebiasaan baca buku setiap sehabis kerja. Sejak itulah Taufik ikut serta mengoleksi dan suka membaca buku. Bisa dibilang ini awal kecintaannya terhadap buku dan literasi. Karena sebenarnya Taufik bukan tipikal anak muda yang senang literasi saat masih SMA. </p><p style="text-align: justify;">Di perantauan, Taufik juga menemukan belahan hatinya. Tak terbayangkan olehnya ketika melihat Sumatera Barat yang kental akan budaya dan adat istiadat, akan menerima Taufik sebagai pemuda asal Jawa. Inilah hebatnya dia. Barangkali kecerdasan dan kepiawaiannya dalam bersikap, serta integritas yang melekat pada dirinya telah meluluhkan orang-orang di sekitarnya. Itulah kenapa ia kemudian diterima saat meminang gadis Minangkabau. Padahal, untuk meminang gadis di tanah Minang itu harus jelas sukunya. Tidakkah cukup Buya Hamka dengan novelnya yang berjudul "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" menggambarkan kondisi kokohnya tradisi Minang dalam hal perjodohan? Ya, Zainudin tokoh utama dalam novel tersebut gagal mendapatkan belahan jiwanya yaitu Hayati. Karena Zainudin dianggap tidak memiliki ikatan suku di tanah Minang, dan cintanya berakhir kandas. Tapi tidak pada Taufik. Ia malah dibaiat menjadi salah satu anggota suku yaitu suku Melayu. Maka dari inilah ia berhasil meminang gadis dari suku Kampay. Itu semua berkat sikap dan integritas yang Taufik miliki.</p><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;">Pada tahun 2012, Taufik pulang ke kampung halamannya, yaitu Kota Tape (Bondowoso). Kehidupannya yang masih terbilang tidak mapan membuat Taufik bertahan hidup secara nomaden. Ia berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Keadaan itu mengiringi kisah cintanya bersama istri dan anak gadisnya.</p><p style="text-align: justify;">Dua tahun setelah pulang dari Sumatera Barat, Taufik memilih untuk mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Islam ternama di kotanya. Walaupun sudah memiliki seorang istri dan anak, Taufik tidak patah arang untuk tetap belajar, dan kesempatan menjadi mahasiswa itu benar-benar ia maksimalkan untuk belajar dan menyalurkan kegemarannya dalam dunia literasi. </p><p style="text-align: justify;">Aktivitas ekonomi yang dilakukan dengan berjualan aksesoris keliling tak membuatnya absen untuk membaca buku dan belajar serta mengerjakan tugas kuliah. Barangkali karena Taufik telah biasa menghadapi kerasnya hidup sehingga ia mampu melakukan aktivitas sepadat itu. Dari hasil jualannya itu, hati Taufik tergerak untuk mengumpulkan sedikit uangnya untuk membeli buku. Bukan tanpa sebab, semua itu dilatarbelakangi oleh keresahannya terhadap kondisi literasi yang sangat minim di daerahnya. Jangankan taman baca, perpustakaan milik daerah dan kampusnya pun secara kapasitas ketersediaan buku sangat tidak memadai. </p><p style="text-align: justify;">Kecintaannya kepada literasi semakin menguat. Buku yang menjadi kebutuhan di kampusnya serta yang telah lama menjadi teman hidupnya kian ia kumpulkan. Ia semakin giat bekerja dan mengumpulkan uang untuk membeli buku lebih banyak lagi.</p><p style="text-align: justify;">.....................</p><div style="text-align: justify;"><div>Kisah lengkap "Taufik Hidayat: Pejuang Literasi dari Kota Tape" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi.</a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih4KW9PabPB3prH_vmAj1U_pN0PxDg1Bk9Z4hTvlqSW1tcPMVIfum7KcMy1tsDwKG0Sg1QG4UbuaOdZn4W5ZGQ4pQw7bLGE6O5iWVeqGh0fXFT4C51wajIFirzx5wgKhi9Sf7LdtFn4zU/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pejuang Literasi" border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="333" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih4KW9PabPB3prH_vmAj1U_pN0PxDg1Bk9Z4hTvlqSW1tcPMVIfum7KcMy1tsDwKG0Sg1QG4UbuaOdZn4W5ZGQ4pQw7bLGE6O5iWVeqGh0fXFT4C51wajIFirzx5wgKhi9Sf7LdtFn4zU/w476-h333/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Para Pejuang Literasi" width="476" /></a></div><br /><div><br /></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-23272362958005437952021-06-07T16:04:00.008-07:002021-06-07T16:07:21.022-07:00Muhammad Noer, Pegiat Literasi dari Pelosok Desa untuk Indonesia<blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><i> “Tanpa dinyana oleh siapapun, suatu ketika cahaya penerang menghampiri kami. Ada satu sosok pegiat literasi dari desa yang menginginkan kemajuan pondok pesantren kami dalam bidang literasi.” </i></p></blockquote><p style="text-align: center;"><b>- Qothrunnada Ashfiya, Fadhilatunnisa Aghniya Ramadhani & Sabrina Miftaqul Jannah -</b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span face=""Futura Bk BT","sans-serif"" lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Poppins; mso-fareast-font-family: Poppins;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVHDF8rVY37pbLnw-qpvZoAooGNyHHppURcGuouKUnjtUyt8UdK1zMFOhxH-qdYcDeSqmgwp9RNyoHV-4xXfF8JdiYu7b7ZULmhc7M3oYHB527J4eKVBpoZyJBHsNTs_zSaPr5x9wBo1g/s1536/Muhammad-Noer-Pegiat-Literasi-dari-Pelosok-Desa-untuk-Indonesia.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Muhammad Noer, Pegiat Literasi dari Pelosok Desa untuk Indonesia" border="0" data-original-height="826" data-original-width="1536" height="326" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVHDF8rVY37pbLnw-qpvZoAooGNyHHppURcGuouKUnjtUyt8UdK1zMFOhxH-qdYcDeSqmgwp9RNyoHV-4xXfF8JdiYu7b7ZULmhc7M3oYHB527J4eKVBpoZyJBHsNTs_zSaPr5x9wBo1g/w607-h326/Muhammad-Noer-Pegiat-Literasi-dari-Pelosok-Desa-untuk-Indonesia.png" title="Muhammad Noer, Pegiat Literasi dari Pelosok Desa untuk Indonesia" width="607" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><span style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Kota Garam, begitu orang sering menyebut tanah Kartini yang ada di Kabupaten Rembang ini. Sebuah kabupaten yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah. Dari Kota Rembang berjalan menggunakan kendaraan dengan jarak kurang lebih dua puluh lima kilometer ke arah tenggara, maka anda akan sampai ke sebuah desa yang bernama Gunem. Di desa dan kecamatan Gunem ini berdiri sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP), berbasis boarding school alias sekolah sambil mondok.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pondok Pesantren Al Falah, itulah nama lembaga yang menaungi para pelajar yang sambil mondok. Pesantren ini terbilang pesantren modern, walau dari sisi fisik bangunan dan fasilitasnya lebih mirip pesantren tradisional. Pun demikian dengan para santri yang hampir 100% dari kalangan masyarakat menengah ke bawah, kalau tidak mau dikatakan golongan miskin. Ponpes Al Falah ini berada di bawah naungan yayasan organisasi Muhammadiyah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pondok pesantren yang mengunggulkan program Tahfidzul Qur’an ini telah berhasil membawa para santrinya untuk menghafal Alquran. Bahkan dalam tiga tahun perjalanan, sudah ada santri yang hafalannya sampai 8 juz. Hal ini dikarenakan Pondok Pesantren Al Falah Gunem memang benar-benar serius dalam menarget hafalan Alquran. Namun sayang sekali, di pondok pesantren ini belum mengenal dunia literasi. Para santri dan asatidz belum tahu apa itu literasi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memang di pondok pesantren kami ini sudah memiliki perpustakaan, hanya saja buku-buku yang ada di perpustakaan tidak ada satu pun buku yang diminati oleh para santri. Ibarat kata, baru saja santri menginjakkan kaki di mulut pintu perpustakaan, baru saja mereka melihat judul buku-bukunya, kepala mereka sudah pada pusing, perutnya mual dan ingin muntah karena matanya hanya melihat buku pelajaran berjajar rapi tak pernah terjamah tangan manusia. Buku pelajaran seperti Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, buku PAI dan buku sejenisnya nyaris terlihat baru. Dengan buku yang ada membuat para santri tidak memiliki minat membaca dan ogah menginjakan kaki ke perpustakaan sekolah. Hingga saat ini, perpustakaan kami tersebut tidak ada pengunjungnya, bahkan seperti tempat angker tanpa penghuni.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak jauh dari pondok pesantren di mana kami menuntut ilmu—jaraknya hanya beberapa langkah saja—terdapat sebuah bangunan yang tidak begitu besar dan tidak pula terlalu kecil. Tempat itu adalah bangunan Balai Desa Gunem, Kecamatan Gunem. Di sana terbagi beberapa ruangan, salah satunya adalah perpustakaan milik Desa Gunem. Lagi-lagi kondisi perpustakaan desa tersebut bagaikan “kota mati” yang ditinggalkan oleh penghuninya. Tidak ada satu pun masyarakat yang pernah berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku-buku di sana. Alasannya sama yaitu buku-buku yang ada sama sekali tidak diminati oleh masyarakat. Perpustakaan itu pun berdiri hanya sebatas formalitas umum saja. Di desa ini juga tidak ada bangunan yang bernama TBM (Taman Baca Masyarakat), rumah baca dan sejenisnya. Perpustakaan saja tidak ada yang berminat, apalagi taman baca biasa. Kondisinya semakin parah, ketika kami yang hidup di pelosok desa, jauh dari akses informasi dan keilmuan. Tidak ada satu pun toko buku seperti Gramedia dan yang lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tanpa dinyana oleh siapapun, suatu ketika cahaya penerang menghampiri kami. Ada satu sosok pegiat literasi dari desa yang menginginkan kemajuan pondok pesantren kami dalam bidang literasi. Lalu beliau menghadap pendiri pondok pesantren, K.H Rohmat atau biasanya kami lebih suka memanggil Mbah Rohmat saja, agar lebih akrab jika berbincang dengan beliau. Kemudian beliau menyampaikan apa yang diangankan yaitu untuk memajukan pondok kami dengan cara memperkenalkan, mengajarkan dan membina para santri pondok dengan dunia literasi. Beliau adalah sosok pendidik, motivator dan penulis buku. Beliau bernama Muhammad Nur Samsi atau yang lebih dikenal dalam dunia perbukuan dengan nama pena Muhammad Noer.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Muhammad Noer telah menulis banyak judul bahkan ada bukunya yang best seller dengan berjudul “Hypnoeteacing for Successfull Learning”. Pada tahun 2019 yang lalu, Mohammad Noer mulai menggerakkan Kelas Literasi di pondok pesantren kami. Launching pertama Kelas Literasi hanya beranggotakan sembilan santriwati saja. Dari anggota angkatan pertama berhasil menerbitkan sebuah buku "Antologi Cerpen: Calon Penghuni Surga".</div><div style="text-align: justify;"><p><b>...........................</b></p><p style="text-align: left;"> Kisah lengkap "Muhammad Noer, Pegiat Literasi dari Pelosok Desa untuk Indonesia" dapat anda baca di buku <a href="https://tirtabuanamedia.co.id/shop/buku-perpustakaan/para-pejuang-literasi-antologi-kisah-pejuang-literasi-nusantara/">Para Pejuang Literasi</a>.</p><p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_rasi4sYdP7EQKDw4zFZrZnMOpScMgeHMVK04QMww_p_FwXiW8HkOC-hJOhRObciD31qoiz3trPVvKPXjFXANwoHIe0rCs0iOiollZoudPqTFTYZlEQjg3aj6lxTVsHQBD9J1OgrTRbQ/s1280/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Membumikan Literasi" border="0" data-original-height="894" data-original-width="1280" height="329" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_rasi4sYdP7EQKDw4zFZrZnMOpScMgeHMVK04QMww_p_FwXiW8HkOC-hJOhRObciD31qoiz3trPVvKPXjFXANwoHIe0rCs0iOiollZoudPqTFTYZlEQjg3aj6lxTVsHQBD9J1OgrTRbQ/w470-h329/WhatsApp+Image+2021-03-19+at+21.56.15.jpeg" title="Membumikan Literasi" width="470" /></a></div></div></span><p></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-74632658327131561372020-06-12T22:45:00.003-07:002020-06-12T22:45:29.962-07:00TAWA TANGIS PARA NABI<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg21TV84W8zF3Y9GX34KtWmbt6SMf7p232WoXq32R9-bDebZ5hDByMwSPpa2X5HL7vUcbjlKXFKm9QkTGvGEo7zKZupRZXHwZCHkrGslO55d6hsT16j6F6YJHq2wtWiaQFhf0iy1WEHdq0/s1600/TAWA+TANGIS+PARA+NABI.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="TAWA TANGIS PARA NABI" border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg21TV84W8zF3Y9GX34KtWmbt6SMf7p232WoXq32R9-bDebZ5hDByMwSPpa2X5HL7vUcbjlKXFKm9QkTGvGEo7zKZupRZXHwZCHkrGslO55d6hsT16j6F6YJHq2wtWiaQFhf0iy1WEHdq0/s640/TAWA+TANGIS+PARA+NABI.jpg" title="TAWA TANGIS PARA NABI" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">TAWA TANGIS PARA NABI</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Allah SWT menciptakan manusia dengan struktur yang sempurna, tidak hanya yang bersifat fisik namun juga kejiwaan. Tawa dan tangis merupakan salah satu bentuk ekspresi kejiwaan manusia dalam merespons dan merefleksi segala yang tertangkap oleh indera. Tawa dan tangis merupakan anugerah alamiah yang berperan penting menciptakan keseimbangan mental bagi manusia dalam menjalani berbagai fragmen kehidupan yang penuh warna. Dalam ranah agama, tawa dan tangis menjadi bagian dari perilaku manusiawi yang dalam batas-batas tertentu bisa bernilai ibadah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini mencoba merangkum bagaimana kedudukan, karakter, dan keutamaan tawa dan tangis dalam Islam. Buku ini memberi sekelumit bayangan tentang bagaimana para Nabi dan al-Salaf al-Sholih bercanda, tersenyum dan tertawa; bagaimana mereka menangis saat mendengar atau melantunkan ayat suci Al-Quryan, menangis saat thengingat dosa dan kematian, menangis saat membayangkan azab dan hari pembalasan. Buku ini akan menyadarkan kita bahwa dibalik tawa dan tangis seorang hamba terpendam mutiara hikmah, keluhuran budi, dan kedalaman iman dan takwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>TAWA TANGIS PARA NABI<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>BAKR MUHAMMAD IBRAHIM <span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Qudsi Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-979-1149-41-9<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2018<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14 x 20 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 128</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-33765965751537111952020-06-12T22:44:00.003-07:002020-06-12T22:44:38.752-07:00Tips Cepat Hamil dan Memilih Jenis Kelamin Anak <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-UDcPS_R1qjkyRYzLnMFeO-izzPjj_fRyU2TJi5jKb8EcmqfMkqOfomg3ZVyUAX32lDd4UMXM-qN_CB-kodBHuRH1uJt2cI6K-yvzoW_-2g3lMh0OYG2o5LJIz6XLio39Wwf1fNonE00/s1600/Tips+Cepat+Hamil+dan+Memilih+Jenis+Kelamin+Anak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tips Cepat Hamil dan Memilih Jenis Kelamin Anak " border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-UDcPS_R1qjkyRYzLnMFeO-izzPjj_fRyU2TJi5jKb8EcmqfMkqOfomg3ZVyUAX32lDd4UMXM-qN_CB-kodBHuRH1uJt2cI6K-yvzoW_-2g3lMh0OYG2o5LJIz6XLio39Wwf1fNonE00/s640/Tips+Cepat+Hamil+dan+Memilih+Jenis+Kelamin+Anak.jpg" title="Tips Cepat Hamil dan Memilih Jenis Kelamin Anak " width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: 12.8px;">Tips Cepat Hamil dan Memilih Jenis Kelamin Anak<span style="white-space: pre;"> </span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Siklus masa subur, sistem kalender lunar, metocie kaisar akihito, inseminasi buatan, menentukan posisi bersetubuh, mengatur pota makan, dan rnasih banyak lagi cara yang dapat diupayakan untuk segera mendapatkan momongan dengan jenis kelamin yang dikehendaki. Untuk memperbanyak peluang mendapatkan anak laki-laki atau perempuan, maka buku inilah pilihannya. Buku ini memandu Anda mendapatkan peluang-peluang emas, agar buah hati segera hadir di tengah kebahagiaan keluarga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Dilengkapi dengan: </h3>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Tips efektif mempercepat kehamilan </li>
<li>Tips efektif untuk merencanakan jenis kelamin anak </li>
<li>Makanan yang menambah kesuburan </li>
<li>Tata cara berhubungan seksual yang benar </li>
<li>Mitos-mitos yang berkembang tentang mempercepat kehamilan</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Tips Cepat Hamil dan Memilih Jenis Kelamin Anak<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Helmanu Kurniadi<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Familia<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-98663-53<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2015<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>13 x 19 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>xvi + 166</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-39025628770305626102020-06-12T22:43:00.002-07:002020-06-12T22:43:23.383-07:00The Handbook of Cooperative Learning<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4ltu5oLrbP4syIv7yJ8Go5FSD-EjK8Vt0uQGBy5jZWGlarqI0937BJnf6xwWSDKq8MAHvyUxacxbHp7iGmu8a9Zg38rAsgK7LUm-iR2dD09AFrggW5DLDarcj1LFnldpnXvuSg1shmQ4/s1600/The+Handbook+of+Cooperative+Learning.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="The Handbook of Cooperative Learning" border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4ltu5oLrbP4syIv7yJ8Go5FSD-EjK8Vt0uQGBy5jZWGlarqI0937BJnf6xwWSDKq8MAHvyUxacxbHp7iGmu8a9Zg38rAsgK7LUm-iR2dD09AFrggW5DLDarcj1LFnldpnXvuSg1shmQ4/s640/The+Handbook+of+Cooperative+Learning.jpg" title="The Handbook of Cooperative Learning" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">The Handbook of Cooperative Learning</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
"Gelombang baru" pembelajaran kooperatif muncul pada awal tahun tujuh puluhan-setelah adanya karya rintisan dari John Dewey, dan kemudian karya dari Alice Mail dan Hebert Thelen pada tahun 1950-an. Namun, tantangan terhadap pendidikan keguruan untuk memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif dan menerapkannya di dalam sekolah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini akan memberikan gambaran luas kepada para pembaca sekalian mengenai metode pembelajaran kooperatif yang ada saat ini. Buku ini meliputi penjelasan tentang metode generik utama, penerapan pembelajaran kooperatif untuk berbagai macam ranah subjek persoalan, dan bab-bab yang membicarakan penerapan pembelajaran kooperatif di sekolah-sekolah beserta persoalan-persoalan yang dihadapi di sana. Diharapakan buku ini akan-mampu menyampaikan bahwa pembelajaran kooperatif bisa memberi kontribusi yang signifikan terhadap pengajaran dan pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan dan memacu tingkat keberhasilan semua siswa di kelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>The Handbook of Cooperative Learning<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Shlomo Sharan, P.hd<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-14307-7-4<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2015<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>15 X 23 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>xv + 472</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-64610975296316274242020-06-12T22:42:00.001-07:002020-06-12T22:42:25.606-07:00Tidak Kenal Kegagalan <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLvgoB0UTMCP2QIK6fDz_Cu-dTh4-GqpdPjSrStmKYUR-CiEDPT6vAwdiYU49JqaugpccK0i32SRCLN0wlg1iCti5pgGdwiBKHnFqzo40ftQWvw7j99lTGceK7sI4-xcSdsCDhevj6MGU/s1600/Tidak+Kenal+Kegagalan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tidak Kenal Kegagalan " border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLvgoB0UTMCP2QIK6fDz_Cu-dTh4-GqpdPjSrStmKYUR-CiEDPT6vAwdiYU49JqaugpccK0i32SRCLN0wlg1iCti5pgGdwiBKHnFqzo40ftQWvw7j99lTGceK7sI4-xcSdsCDhevj6MGU/s640/Tidak+Kenal+Kegagalan.jpg" title="Tidak Kenal Kegagalan " width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: 12.8px;">Tidak Kenal Kegagalan<span style="white-space: pre;"> </span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Istilah pemenang sudah sering dan terdengar di telinga kita. Seorang pemenang seharusnya mempunyai kemampuan intelektualitas yang mendukung sesuai bidangnya. Dalam arti luas, Pemenang diartikan sebagai seorang yang mampu bertindak lebih cepat dari orang lain, berfikir lebih keras dari orang lain, dan berjuang Iebih gigih dari orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Tidak Kenal Kegagalan<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Feri Tjahjono<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-6556-77-6<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2017<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 X 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 112</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-68166135530878274782020-06-12T22:41:00.004-07:002020-06-12T22:41:37.726-07:00Waspada Korupsi Disekitar Kita<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCWJ-4swlohgkIYnLMcGTlPg8VupErFB8EfM1sRU72DxsaI0GlAYpyFC32ZCM-W2-L0RlAx2fzSD9PvOBZnCnvR9FgVE7nzKttJOCunz2e6aE6JbjVOSfPcDshgeAllIZt3wkFScDy4KE/s1600/Waspada+Korupsi+Disekitar+Kita.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Waspada Korupsi Disekitar Kita" border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCWJ-4swlohgkIYnLMcGTlPg8VupErFB8EfM1sRU72DxsaI0GlAYpyFC32ZCM-W2-L0RlAx2fzSD9PvOBZnCnvR9FgVE7nzKttJOCunz2e6aE6JbjVOSfPcDshgeAllIZt3wkFScDy4KE/s640/Waspada+Korupsi+Disekitar+Kita.jpg" title="Waspada Korupsi Disekitar Kita" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Waspada Korupsi Disekitar Kita</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
"Korupsi lebih buruk dari prostitusi. Prostitusi membahayakan moral individu, tetapi korupsi akan membahayakan moral seluruh negeri." (Karl Kraus) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat nasional maupun internasional dewasa ini adalah soal korupsi. Semakin maraknya pelanggaran tindak pidana korupsi di tanah air ini sudah seperti bola salju yang terus menggelinding tiada henti dan semakin massif. Bagaimana tidak, hampir setiap hari kita disuguhi berita di televisi atau media massa tentang tertangkapnya para pelaku korupsi. Parahnya lagi, korupi yang terjadi dewasa ini tidak lagi menyasar para pejabat publik semata, tapi sudah menjalar dengan mulus ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diakui ataupun tidak, tingginya tingkat korupsi ini merupakan suatu masalah besar karena dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara. Atas dasar itulah buku sederhana ini kami hadirkan ke hadapan pembaca. Dengan uraian yang singkat namun padat, didalamnya dijabarkan definisi, ciri, dan faktor penyebab korupsi. Selain itu, buku ini juga membahas tentang tindak pidana korupsi dalam perundang-undangan di indonesia dan upaya pemberantasan korupsi. Selamat membaca! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Waspada Korupsi Disekitar Kita<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Indah Wahyu Utami ST,M.Si Dan Widi Nugrahaningsih SH.MH<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Relasi Inti Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-5436-08-6<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2017<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 x 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>Viii+100</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-62217398565044061382020-06-12T22:40:00.005-07:002020-06-12T22:40:41.103-07:00Untung Besar dari Bisnis Bekicot<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtmUSxsb22Rwd5FpR7Z89wXNp0F79mo3TCx0fuP1JOJEkzeJ-J6lhfBgHauPbuzdYdMITLmlJ8j6GmKaYwRhL-ovHf2HA9eomTtVHJKHVd_WxtmvyLMLaRSDT9ZFPQSlakXBNGzSsAOc4/s1600/Untung+Besar+dari+Bisnis+Bekicot.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Untung Besar dari Bisnis Bekicot" border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtmUSxsb22Rwd5FpR7Z89wXNp0F79mo3TCx0fuP1JOJEkzeJ-J6lhfBgHauPbuzdYdMITLmlJ8j6GmKaYwRhL-ovHf2HA9eomTtVHJKHVd_WxtmvyLMLaRSDT9ZFPQSlakXBNGzSsAOc4/s640/Untung+Besar+dari+Bisnis+Bekicot.jpg" title="Untung Besar dari Bisnis Bekicot" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Untung Besar dari Bisnis Bekicot</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian orang pasti merasa jijik saat melihat bekicot. Binatang melata ini memang memiliki konotasi jijk, terutama karena tubuhnya kenyal dan penuh dengan lendir. Bekicot adalah binatang yang berasal dari Afrika Timur. Walaupun tergolong lambat dalam berjalan (melata), bekicot telah tersebar ke seluruh dunia dalam waktu relatif singkat. Hal ini karena ia berkembang biak dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah timur sampai di Kepulauan Mauritius, India, Malaysia, dan akhirnya ke Indonesia. Buku ini Memberikan Pemahaman pada Anda tentang Untung besar dari bisnis Bekicot Sehingga Anda dapat mengerti akan Ilmu tersebut. Selamat Membaca !!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Untung Besar dari Bisnis Bekicot<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Rafifatu Rifda<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-0862-67-5<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2015<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 x 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 92</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-45594574704947232952020-06-12T22:39:00.004-07:002020-06-12T22:39:36.484-07:00Untung Besar Dari Memelihara Murai Batu<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh97VHDVKnGxVCwNQKuHxEk7OqAQBYNc3dGLQN5Jy59jUptlIz1ooBf8ghvZSKM_IB8lv-Aacc_PDuifrsEGt2L1QiZpWPtPbc8QqpiLcFjpBtTd7ub14yDQGc0prkT_y0IXNEpXlvjMKU/s1600/Untung+Besar+Dari+Memelihara+Murai+Batu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Untung Besar Dari Memelihara Murai Batu" border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh97VHDVKnGxVCwNQKuHxEk7OqAQBYNc3dGLQN5Jy59jUptlIz1ooBf8ghvZSKM_IB8lv-Aacc_PDuifrsEGt2L1QiZpWPtPbc8QqpiLcFjpBtTd7ub14yDQGc0prkT_y0IXNEpXlvjMKU/s640/Untung+Besar+Dari+Memelihara+Murai+Batu.jpg" title="Untung Besar Dari Memelihara Murai Batu" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Untung Besar Dari Memelihara Murai Batu</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Murai batu adalah anggota keluarga Turdidae. Burung dari keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Cara perawatan burung ini juga sangat mudah dan menyenangkan. Burung murai batu tersebar di Pulau Sumatra, Semenanjung Malaysia, dan sebagian pulau Jawa. Jenis yang dianggap terbaik adalah murai batu Medan. Buku ini Memberikan Pemahaman pada Anda tentang Untung besar dari memelihara Murai Batu Sehingga Anda dapat mengerti akan ilmu tersebut. Selamat Membaca !!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Untung Besar Dari Memelihara Murai Batu<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Dhani Rudito<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-0862-72-9<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2015<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 x 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 92</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-27665836441250801132020-06-12T22:38:00.004-07:002020-06-12T22:38:39.517-07:00Teknik Menggambar Garis<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZlNw4tK61AFlw8IZKZ4bigv9gSZ7tDeEWjYArqURpUN8ebSI47uxoJIk2wcjvXcNnlF3b8vsnfjsb2exaaBCtFwQranKThHxv1N5smF7QXwBfxrsi9wHIK4KhGY7Q8dKATKK6QAtgpKs/s1600/Teknik+Menggambar+Garis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Teknik Menggambar Garis" border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZlNw4tK61AFlw8IZKZ4bigv9gSZ7tDeEWjYArqURpUN8ebSI47uxoJIk2wcjvXcNnlF3b8vsnfjsb2exaaBCtFwQranKThHxv1N5smF7QXwBfxrsi9wHIK4KhGY7Q8dKATKK6QAtgpKs/s640/Teknik+Menggambar+Garis.jpg" title="Teknik Menggambar Garis" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Teknik Menggambar Garis</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini ditulis dalam rangka untuk membantu mengetahui tentang Teknik Menggambar Garis. Buku ini sangat tepat untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran karena di dalamnya terdapat beberapa pengertian tentang Teknik Menggambar Garis. Penulis sadar bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga buku ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan dan pembelajaran tentang Teknik Menggambar Garis bagi kita semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Teknik Menggambar Garis<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Surya Rahmad<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-6556-99-8<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2017<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 X 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 120</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-4355226327245585092020-06-12T22:37:00.004-07:002020-06-12T22:37:37.546-07:00Teknik menggambar Bentuk bidang<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK8bZ2CLk_LqriH8aXx-Z6sIn1GZkRiqT6m5KlkjDmcAXfddOjBflZAl72LtzcPQRjR9iXBAqisjUT4G02WzYnFg7GQpX41mJqXrohfsZEmNAE5Ptg9SxNofj4anFZAjd1dzXSkwNe7kk/s1600/Teknik+menggambar+Bentuk+bidang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Teknik menggambar Bentuk bidang" border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK8bZ2CLk_LqriH8aXx-Z6sIn1GZkRiqT6m5KlkjDmcAXfddOjBflZAl72LtzcPQRjR9iXBAqisjUT4G02WzYnFg7GQpX41mJqXrohfsZEmNAE5Ptg9SxNofj4anFZAjd1dzXSkwNe7kk/s640/Teknik+menggambar+Bentuk+bidang.jpg" title="Teknik menggambar Bentuk bidang" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Teknik menggambar Bentuk bidang</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini ditulis dalam rangka untuk membantu mengetahui tentang Teknik menggambar Bentuk bidang. Buku ini sangat tepat untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran karena di dalamnya terdapat beberapa pengertian tentang Teknik menggambar Bentuk bidang. Penulis sadar bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga buku ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan dan pembelajaran tentang Teknik menggambar Bentuk bidang bagi kita semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Teknik menggambar Bentuk bidang<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Jati Setioko<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-6556-98-1<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2017<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 X 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 120</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-20297519563962735082020-06-12T22:36:00.004-07:002020-06-12T22:36:39.407-07:00Teknik Listrik <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWqbtQGgiwbBsDyKoHNq7y0HpDME3NEORGrO7yrlfDYeReBMVDlXO_LQtxTJmpESSfUvJdCSlOwgE2UbK4r2h3nrEXnY8aLamSOlZQoKRljnOKcblFHUGFlK28OecJAWsbcrjWYeUg7qs/s1600/Teknik+Listrik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Teknik Listrik " border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWqbtQGgiwbBsDyKoHNq7y0HpDME3NEORGrO7yrlfDYeReBMVDlXO_LQtxTJmpESSfUvJdCSlOwgE2UbK4r2h3nrEXnY8aLamSOlZQoKRljnOKcblFHUGFlK28OecJAWsbcrjWYeUg7qs/s640/Teknik+Listrik.jpg" title="Teknik Listrik " width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: 12.8px;">Teknik Listrik<span style="white-space: pre;"> </span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Listrik merupakan energi yang dapat disalurkan melalui penghantar berupa kabel, adanya arus listrik dikarenakan muatan listrik mengalir dari saluran positif ke saluran negatif. Dalam kehidupan manusia listrik memiliki peran yang sangat penting. Selain digunakan sebagai penerangan listrik juga digunakan sebagai sumber energi untuk tenaga dan hiburan. Buku ini Memberikan Pernahaman pada Anda tentang Teknik Listrik Sehingga Anda dapat mengerti akan Ilmu tersebut. Selamat Membaca !!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Teknik Listrik<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Herbayu Abdullah<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-6556-19-6<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2017<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 X 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 120</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-29366679508825961072020-06-12T22:35:00.004-07:002020-06-12T22:35:42.564-07:00Teknik Membuat gambar dan Daftar Komponen <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrtBOl6eHx1AXFMNLppSiS4ULUlKmIGwGgUS6T-rFtRsNsL-gFfzXynqmuQE_kcrqGi9-bMT1W5CijLola0PyTd4Wy_vXWQylUgjErQRAeJ8SRQ0ZToSqTxx_bGzY5CdE146eiNwZKnGM/s1600/Teknik+Membuat+gambar+dan+Daftar+Komponen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Teknik Membuat gambar dan Daftar Komponen " border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrtBOl6eHx1AXFMNLppSiS4ULUlKmIGwGgUS6T-rFtRsNsL-gFfzXynqmuQE_kcrqGi9-bMT1W5CijLola0PyTd4Wy_vXWQylUgjErQRAeJ8SRQ0ZToSqTxx_bGzY5CdE146eiNwZKnGM/s640/Teknik+Membuat+gambar+dan+Daftar+Komponen.jpg" title="Teknik Membuat gambar dan Daftar Komponen " width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: 12.8px;">Teknik Membuat gambar dan Daftar Komponen<span style="white-space: pre;"> </span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini ditulis dalam rangka untuk membantu mengetahui tentang Teknik Membuat Gambar dan Daftar Komponen. Buku ini sangat tepat untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran karena di dalamnya terdapat beberapa pengertian tentang Teknik Membuat Gambar dan Daftar Komponen. Penulis sadar bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga buku ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan dan pembelajaran tentang Teknik Membuat Gambar dan Daftar Komponen bagi kita semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Teknik Membuat gambar dan Daftar Komponen<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>Nur Riyanto<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Istana Media<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-6556-94-3<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2017<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14,8 X 21 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 120</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-437335969934358249.post-27957423140563530822020-06-12T22:34:00.002-07:002020-06-12T22:34:39.117-07:00Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqByPvCkCLMfQlRM3SHe5xzDkcbFAsndyGNqbz3m4tqPUdKKlQUIKKR7mk5WrHfTZcnS2Xpo4ZekS98C9bqY6pfWiV78DFsUl5YGssJe36aLevWt5etQBuH5b1DV0t9T3b2pdxmmKCnSo/s1600/Stop%2521+Gejala+Penyakit+Jantung+Koroner.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner " border="0" data-original-height="966" data-original-width="1600" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqByPvCkCLMfQlRM3SHe5xzDkcbFAsndyGNqbz3m4tqPUdKKlQUIKKR7mk5WrHfTZcnS2Xpo4ZekS98C9bqY6pfWiV78DFsUl5YGssJe36aLevWt5etQBuH5b1DV0t9T3b2pdxmmKCnSo/s640/Stop%2521+Gejala+Penyakit+Jantung+Koroner.jpg" title="Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner " width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: 12.8px;">Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner<span style="white-space: pre;"> </span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Yoga, terapi musik, diet dash, diet rendah garam, pengukuran tekanan darah, pengaturan pola makan, dan masih banyak lagi yang dapat diupayakan untuk mencegah hipertensi. Untuk lebih mengetahui dan memahami tanda dan gejala hipertensi, serta menjadikan keluarga terhindar dari komplikasi hipertensi, seperti stroke dan jantung maka buku inilah pilihannya. Dilengkapi dengan: • Menu diet hipertensi • Tips sukses diet hipertensi • Cara aman dan praktis olah tanaman obat hipertensi • Teknik pengukuran tekanan darah • Aneka obat hipertensi dan efek sampingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Spesifikasi Buku:<span style="white-space: pre;"> </span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Judul: <span style="white-space: pre;"> </span>Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: <span style="white-space: pre;"> </span>dr. Helmanu Kurniadi<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerbit: <span style="white-space: pre;"> </span>Familia<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
ISBN: <span style="white-space: pre;"> </span>978-602-9434-60-6<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun Terbit: <span style="white-space: pre;"> </span>2015<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran: <span style="white-space: pre;"> </span>14 x 20 cm<span style="white-space: pre;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman: <span style="white-space: pre;"> </span>viii + 132</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ali Munir Fsangkakalahttp://www.blogger.com/profile/02976627459806147287noreply@blogger.com0